Selasa, 16 Maret 2021

Iklas adalah pembuka pintu rezeki

Salam literasi para penikmat cerita! semoga hari mu kaya dengan ilmu. Jumpa lagi dengan si pena milenial,  sebelum baca tarik nafaaass dan hempas kaaaaan ahahahaaha sudah kaya slogan Syahrini aja yak.

Iklas adalah Pembuka Pintu Rezeki

Pagi itu langit tampak mendung dibalut awan yang menutup mentari di ufuk fajar. Semangat pagi emak-emak itu adalah semangat nge-Loundry. Meski mentari tak kunjung berseri jiwa mencuci tak pantang berhenti. Akh aku ini, terlalu semangat memutar kan tombol mesin cuci air terisi penuh pakaian sudah terdampar pasrah dalam basah. Segera ku raih sabun suci untuk di masukan dalam mesin. aku rogoh sabun itu dalam kantung kresek ternyata sisa satu bungkus. Melihat sisa sabun yang hanya satu, segera ku raih dompet untuk menarik tunai selembar rupiah, ternyata kudapati hanya tersisa selembar uang  lima puluh ribu. Gak heran ya zaman now musim pandemi kerjaan susah, pendapatan menurun meski hanya melihat selembar pun harus di sambut dengan senyuman hehe.

Ini tentang kamu si rupiah lima puluh ribu, sedikit kelimpungan melihat nilai mu yang nampak besar padahal setelah di belanjakan hanya cukup untuk makan sekali. Dan aku putuskan dengan matang apa saja yang harus di beli. Disinilah hebat nya perempuan walaupun ia jago ngoceh tapi ia juga paling tau cara mengisi meja makan tetap bervariasi, paling tau cara  menjaga luka agar tidak menganga, menjaga celah kecil agar tidak terbuka lebar bahkan menjaga aroma pesing agar tidak tersebar kemana-mana. Betapa mulia seorang istri itu bukan? Dan akhirnya aku pun belanja dengan amat teliti agar semuanya bisa terpenuhi. Hingga tersisa uang yang  berwarna merah muda.Tau kan warna uang merah muda? smart reader pasti lebih tahu hihi. Niat hati sisa uang itu untuk jajan si buah hati tapi di separuh waktu mejelang siang tetiba datang seorang badut bermusik dengan kostum nya. karena si buah hati sangat takut dengan badut ia pun berceloteh "mah cepet kasih uang". Sedikit maju mundur cantik ada rasa ragu karena hanya tersisa selembar rupiah sepuluh ribu "Duh gimana nih, gak ada uang dua ribu" bisik hati sedikit gusar. Karena si kecil terus merengek ketakutan akhirnya ku berikan uang sepuluh ribu tersebut.  

Jleb, hati sedikit sesak namun logika masih waras, dengan yakin yang mantap ku obati rasa bingung dengan berfikir jernih dan meyakin kan hati bahwa rezeki berkah itu adalah yang bermanfat untuk orang lain. Ketika aku keluar kan uang sepuluh ribu, bagi orang yang membutuh kan bisa jadi uang itu bernilah seratus ribu. Jadi pandai lah mengeluarkan uang. Libatkan Allah dalam segala urusan Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus. Yang paling sulit adalah mengelola rasa cemas,  dan gundah, yang pada ahkirnya banyak bercerita tentang segala kesusahan by up date status, by curhat iya kaaaaan? hehe. Pandemi ini mengajari ku banyak hal diantara nya bagaimana cara pandai mengelola uang dari suami yang kadang seperti papan seluncur, dan bagaimana menjaga kufur menjadi sukur. Aku tekad kan dalam hati untuk tak ceritakan segala susah dalam ekonomi kepada siapapun terkecuali suami. Ku gantungkan semuanya pada Allah meski pada akhir nya aku tumpahkan pulak dalam tulisan ini hahahahaha. 

Selanjutnya rasa iklas itu memang harus di tata, karena dengan iklas rezeki itu seperti di tarik oleh medan nya. Tau apa yang terjadi pada hari itu? Berkat si merah muda yang diberikan pada si  badut tak lama  suami mendapat telpon dari bank dengan kabar yang sumringah yaitu dapat bantuan UMKM senilai dua juta empat ratus. Cantik bukan skenario Allah itu? Masyaallah zazakallah Allah begitu baik dengan segala skenario nya.


Salam Pena Milenial

Maydearly89


Lebak, 16 Maret 2021 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Pengantar Buku Tarian Aksara Penuh Makna

Dahulu aku sering bertanya sendiri; kalau puisi itu berwujud, akan seperti apakah dia? Matahari? Bulan? Bintang? Gunung? Laut? Bertahun lalu...