Jumat, 30 April 2021

Menggali Ilmu dari Penerbit Mayor

 

“Gunakan waktu Anda untuk meningkatkan diri Anda

dengan tulisan orang lain sehingga Anda akan dengan mudah

menemukan apa yang telah diusahakan orang lain”

Socrates

 

Hari  hari melesat cepat pagi menghilang dan siang beranjak seperti busur dan anak panah yang menuju pusaran waktu. Dan waktu pun melesat tanpa terasa karena di bait dengan tulisan. Menulislah karena tulisan adalah perpanjangan jiwa dan raga yang mampu melukiskan segala  nuansa kehidupan dan  realitas kebenaran yang  akan menjadi properti hidup.

Karena Tuhan menyimpan takdir untuk kejutan, maka memanjati hari dengan tulisan kebaikan adalah sebuah keberanian. Dan menulislah untuk mendekap memori yang kelak terbingkai menjadi buku, karena buku itu adalah sihir portabel yang unik dan mungkin satu-satunya sihir sejati yang tidak langsung melepaskan semua rahasianya. Seperti rahasia suksesnya sang “Penerbit Mayor”.

Tulisan yang akan saya narasikan dalam pertemuan ini adalah tentang seorang Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbit ANDI, Ketua I, IKAPI DIY , Penulis buku, bersertifikat BNSP dan merupakan Assesor BNSP.

Dengan semangatnya  yang membangunkan rasa kantuku, beliau membuka materi dengan tema menulis buku yang diterima penerbit. Sebagai kalimat pembuka  beliau menuturkan bahwa  sebuah keberhasilan bisa disematkan untuk seorang penulis, apabila karyanya dapat menembus penerbit mayor. Dibawah ini adalah sketsa gambaran bagaimana buku bisa memenuhi pasar lokal maupun nasional.



Dari paparannya beliau menyebutkan  bahwa dalam menerbitkan buku, penulis harus memiliki indikator atau target pasar dalam memasarkan buku.  

Indikator pertama jenis buku yang  bisa bersifat Bupel (buku pelajaran). Buku pelajaran biasanya lebih memenuhi rak buku di pasar karena buku pelajaran lebih bersifat continue dan sesuai kebutuhan kurikulum.

Indikator kedua, jenis buku Perti (buku perguruan tinggi). Salahsatu buku yang berhasil diterbitkan oleh Penenrbit Andi adalah buku FROM A STAR UP TO UNICORN, buku ini berhasil diterbitkan dengan moda bekerjasama dengan kampus.

Indikator ketiga, adalah menulis jenis buku fiksi dan non fiksi. 

Beliau pun kembali menuturkan bahwa kesusksesan dalam menerbitkan buku bergantung budaya litersasi masyarakat itu sendiri. Berbagai hal menjadi kendala dalam pertumbuhan budaya literasi yang juga menghambat pertumbuhan industri penerbit diantarannya:

·       1.    Minat baca

 Budaya baca yang kurang, kurang nya bahan bacaan, serta kualitas bacaan

·      2.    Minat tulis

Budaya tulis, tidak tahu prosedur menulis dan penerbit, serta anggapan yang salah tentang dunia penulis dan penerbit

·       3.   Apresiasi hak cipta

Pembajakan masih digandrugi dalam budaya menulis di Indonesia, duplikasi non legal ikut serta dalam apresiasi hak cipta, serta perangkat hukum belum menjadi tolak ukur yang kuat.

Dari poin-poin diatas beliau meuturkan bahwa kita harus menyadari posisi kita dalam menulis. Berikut adalah deskripsi terkait dengan tulis-menulis. Berkaca dari deskripsi dibawah ini maka saya ingin bulatkan tekad bahwa saya siap menulis “I can do it” and” I will do it”

 

 

 


                                                                                                                                        

Dengan paparan yang enerjik beliau berkata bahwa tak ada yang sulit dalam menulis, setiap orang terbiasa dalam menulis. Menulis dalam WA, atau menulis dalam media sosial lainnya. Menulislah karena penerbit siap membantu.

Langkah mudah menerbitkan buku ke Penerbit Mayor

Ø  Pertama, penulis mengirimkan naskah ke Penerbit yang kemudian akan di berikan penilaian. Penilaian ini meliputi apakah tulisan ini akan mendatangkan keuntungan? Jika iya maka dinyatakan lolos seleksi. Secara kelimuan, naskah yang bagus mendapat bobot 30%.

Ø  kedua, setelah naskah diterima, penerbit akan menyurati penulis untuk menerbitkan naskah disertai surat perjanjian

Ø  ketiga, penulis mengirim ulang naskah secara utuh dalam bentuk soft copy.

Ø Keempat, penulis akan melakukan editing dan melakukan setting terhadap naskah yang dikirman penulis. Dalam melakukan editorial penerbit akan memberikan bobot 10%

Ø kelima, penerbit akan membuat cover, mencetak masiv dan mengedarkan ke seluruh toko buku Indonesia. Disini penerbit menentukan peluang potensi pasar dengan bobot plus minus 50-100%

Ø   keenam, setelah naskah penulis dapat diterbitkn oleh penerbit, maka reputasi penulis akan mencapai bobot 10-100%

Banyak hal yang didapatkan dari keuntungan menulis buku, seperti peningkatan finansial, peningkatan karir, kepuasan batin, serta reputasi.  Dibawah ini merupakan kuadran gambaran bagaimana tulisan itu bisa diterima oleh Penerbit.



Poin penting dalam menerbitkan buku adalah  dengan tema populer dari  penulis populer. Apabila seorag penulis pemula ingin menerbitkan buku, maka pilihlah  naskah yang tema nya populer meski penulisnya tidak populer. Naskah yang  ditolak oleh penerbit adalah naskah yang tema nya tidak populer dan penulis tak poluler. Lantas, apa tema populer itu? Beliau menyebutkan bahwa tema populer adalah tema yang trendi/masa kini. Penulis bisa menggunkan google trend untuk mengetahui apakah naskah  yang kita  tulis termasuk kategori populer atau tidak.

Beliau pula menuturkan bahwa untuk pemula menulislah naskah yang marketnya sempit tapi life scale nya panjang seperti menulis  ilmu-ilmu pengetahuan. Yang disukai penerbit adalah market lebar life scale nya panjang seperti kamus, ensiclopedia dll. Untuk penulis pemula tulislah naskah yang  marketnya  lebar meski life scale nya pendek seperti buku tentang tehnologi.

Dengan lugas beliau kembali memaparkan bahwa seorang penulis memiliki pengaruh prosduktivitas dan kualitas. Beliau mengemukakan bahwa yang paling disukai penerbit adalah penulis yang idealis dan industrialis. Gambarannya seperti dibawah ini.



Diakhir paparannya beliau menyimpulkan bahwa seorang penulis harus berfikir idealis(menulis tidak begitu memperhatikan kebutuhan pasar, tidak begitu suka dengan campur tangan pihak lain, imbalan finansial tidak begitu dipentingkan), penulis juga harus berfikir industrialis  dan yang paling utama dan di sukai penerbit adalah penulis harus berfikir idealis-industrialis (tetap memeperhatikan kebutuhan pasar namun tetap berani ambil sikap yang berbeda dengan kebanyakan penulis lain, meskipun terbuka terhadap masukan orang lain, tetap mempunyai pemikiran yang kokoh, imbalan fiinansial memang penting, namun tetap mempertahankan kualitas,  serta keseimbangan antara kesempurnaan karya dan prduktivitas).

 di menit terakhir beliau berujar "jika  ada 5 ekor burung hinggap di dahan, 3 diantaranya ingin terbang  berapakah ekor burung yang masih hinggap di pohon? jawabannya adalah 5 karena yang 3 itu baru ingin, belum terbang beneran. Analoginya berapa yang akan menjadi penulis? jawabannya adalah yang sudah menulis, bukan hanya ingin menulis". 

Setiap pertemuan itu sudah menjadi Qadarullah. Ada rasa bangga mengenal sosok penerbit yang begitu luarbiasa hebatnya . Pertemuan ini terasa  bernafas lega, jika harus di ungkapkan dengan rangkaian kata, maka akan menumpuk medan makna, begitu luarbiasa sampai sulit berkata-kata jika boleh meminjam kalimat, maka rasanya ingin meminjam kalimat dari Asma Nadia “Sekumpulan angin yang berbisik di antara kepak sepasang merpati juga nyanyian mistis tetes hujan saat pertunangan bunga dan kupu-kupu. Jika pernah kau mendengarnya maka begitulah aku padamu” aku padamu Penerbit Mayor hehe. Mari jadilah kita penulis yang berfikir  idealis-industrialis Salam Literasi!

 

Salam Pena Milenial!

Maydearly89

Resume : Ke-12

Maesaroh M.Pd

Tema : Penerbit Mayor

Narasumber : Joko Irawan Mumpuni

Lebak, 30 April 2021

 

Rabu, 28 April 2021

Mengenal Penerbit Mayor

 


“Lokasi lahir boleh dimana saja,

tapi lokasi mimpi harus dilangit”

Anies Baswedan

Akademisi dan Gubernur DKI

Ketika pagi dijemput siang, udara akan menyisakan embun yang menggumpal pada lengkung dedaunan seolah mengisratkan  bahwa ketika ia jatuh ketanah  maka ia menyodorkan tumbuhan yang mereguk sejuk, namun ketika ia menguap maka menggumpal menjadi awan yang  meneduhi. Menulislah seperti embun yang ketika jatuh ke bumi membawa pengetahuan, dan ketika melangit ke Arsy menjadi keabadian.

Melangitkan tulisan adalah merangkum  ilmu, mengumpulkan pengetahuan, dan membingkai kehidupan dalam sebuah buku. Dan pada episode ini akan kulangitkan tulisan lewat ‘Penerbit Mayor’ agar kelak tulisan itu menjadi chapter kehidupan yang bermanfaat untuk generasi penerus.

Di siang yang terik ini hati begitu bersemangat karena akan bertemu secara virtual bersama seorang Publishing Consultant  Penerbit Mayor, beliau adalah Bapak Edi S. Mulyata S.Si, M.T. Dilahirkan di Jogjakarta pada 24 Mei 1969. Bekal pendidikan magister pada Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006 membawanya pada karir yang cemerlang. Banyak jabatan yang pernah beliau duduki salahsatunya : Staff LitBang Komputer PT. Wahana Semarang 1994-2000, Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001, Mengawali karir sebagai Staff Litbang Penerbitan ANDI Jogjakarta 2003-2004 membawanya menjadi seorang Publishing Consultant & E-Book Development Penerbit Andi 2020- Sekarang.

Berawal dari seorang penulis lepas yang hidup dari menulis buku mengantarkanya pada dunia penerbitan. 20 tahun beliau bergabung dengan Penerbit Andi. Banyak suka duka yang telah dilewati seperti duka ketika harus bergelut dengan pandemi yang mengubah perputarann bisnis dibidang dunia penerbitan.

Dalam paparannya beliau menuturkan bahwa pada  bulan Maret 2021, kegiatan penerbitan dapat dikatakan sudah kembali berjalan normal seperti biasa. Akan tetapi tantangan yang telah ditimbulkan akibat pandemi tidak mudah dapat di lalui dan selesaikan dalam waktu dekat. Dunia penerbitan baik penerbit mayor maupun penerbit minor adalah dunia bisnis semata, dan terbesit idealisme di dalamnya, yang tentunya setiap penerbit mempunyai visi dan misi yang berbeda-beda.

Dalam penjelasannya yang lugas beliau mengajak para peserta membuka poin Undang-undang Nomor 3 tahun 2017, tentang sistem perbukuan di Indonesia bahwa “Sistem Perbukuan adalah tata kelola perbukuan yang dapat  dipertanggungjawabkan  dan terpadu, yang mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan pengawasan buku”.

Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dalam pendistribusian buku mengalami beberapa kendala, salahsatunya adalah kurangnya literasi. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Dari paparannya kita dapat mengetahui beberapa hal yang dilakukan oleh penerbit Mayor

Pertama, penerbit bertugas untuk mendapatkan -Naskah- yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.


Kedua, penerbit akan mengolah Naskah Buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman. Buku merupakan luaran atau outcome yang diakui oleh Undang-undang sebagai syarat dalam memenuhi kewajiban baik itu Guru, Dosen, maupun tenaga-tenaga di Pemerintahan. Nah, buku yang diterbitkan mendapatkan perlindungan UU 12/2012 Perguruan Tinggi Pasal 46 ayat 2 ….Hasil Penelitian wajib disebarluaskan…. dipublikasikan (dalam bentuk Buku Ber ISBN).


Ketiga, penerbit diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Di dalam perkembangannya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertenu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya. Disini, hak cipta buku akan dilindungi oleh PermenPAN 26/2009 Jabfung Guru dan Angka Kredit, Pasar 11 Ayat c-2 Publikasi Buku ber ISBN.


Keempat, penerbit mayor siap mendistribusikan buku ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak. Akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element Number.

 

Beliau pun lanjut memaparkan bahwa penerbit Andi merupakan penerbit mayor yang ada dibawah naungan IKAPI yang merupakan suatu wadah yang melindungi hak-hak penerbit. Penerbit Andi merupakan salahsatu anggota dari IKAPI. Berikut sertifikatnya.



Lantas apakah kita bisa menerbitkan buku lewat Penerbit Mayor? Hal ini dipertegas oleh sang  narasumber bahwa:

1.     Penulis  harus menghasilkan Naskah Buku yang memenuhi kriteria bagi penerbit.

2.      Penulis dapat menawarkan naskah ke semua penerbit, karena pada saat ini kondisi naskah di beberapa penerbit masih tetap terbuka lebar. Namun yang menyulitkan adalah proses produksi dan pemasarannya.

3.      Penulis dituntut untuk menghasilkan outcomes atau luaran yang berdampak. Yaitu hasil tulisan buku yang ber ISBN, supaya ilmunya tidak hilang ditelan jaman. Selain itu penulis juga dituntut untuk dapat menulis buku yang Unik, dengan bahasa yang baik, materi yang unik, dan penyajian yang bagus. yang terpenting menghidari plagiarism.

4.      Penulis harus menyaipakan  rencana penulisan dengan target market yang dituju serta  tawarkan pula  rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya. Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Ke depan media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan.

Dua jam terasa satu menit, pemaparan yang gamblang benar-benar menelan rasa ngantukku. Ada gairah yang keluar, gairah yang memacu semangat untuk menerbitkan buku di Penerbit Andi. Semangat yang berhasrat untuk mengudarakan tulisan adalah semangat penulis sejati. Seperti sejatinya pepatah Pramoedya Ananta Toer "Karena kau menulis, suaramu takan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, jauh di kemudian hari". Mari menembus Penerbit Mayor Salam Literasi! 


Salam Pena Milenial!

Maydearly89

Resume : Ke-11

Maesaroh M.Pd

Tema : Penerbit Mayor

Narasumber : Edi S. Mulyanta

Lebak, 28 April 2021

Senin, 26 April 2021

Memasarkan Buku Semudah Klik and Share

 



”Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal.

 Berkali kita jatuh lekas berdiri dan jangan mengeluh”

Wijaya Kusumah

 

 

Alhamdulillahirabbilalamin, waktu semakin keras berlari seperti air yang mengalir menuju muara, seperti itu pula perjalanan tulisanku yang masuk pada  pertemuan ke-10. Meski hari-hari ditemani panas menguap yang berkumpul di langit menjadi awan, tetapi hasrat menulis semakin membara setelah tulisan kesembilanku mengantarku  pada buku ‘Lelaki di Ladang Tebu’ karya Ditta Widya Utami. Rasa bahagia masih melekat dan manis rasanya.  

 

Semakin hari hati semakin menegaskan bahwa menulis itu seperti menciptakan irama hidup, mengumpulkan untaian kalimat yang kemudian kalimat itu akan bermuara dalam sebuah buku yang layak baca, layak diminati dan layak di pasarkan dengan “Tehnik Memasarkan Buku” yang menarik seperti yang telah disampaikan oleh sang tuan rumah pelatihan menulis Om Jay.

 

Tak perlu lagi diuraikan profil lelaki hebat founder pelatihan menulis ini. Hampir seantero Indonesia mengenalnya. Meski bukan seorang Tere Liye atau Rditya Dika tapi seorang Wijaya Kusumah tidak hanya melahirkan berbagai buku, tetapi pula melahirkan generasi para penulis buku.

Mengawali kuliah hari ini beliau menuturkan bahwa penulis yang baik adalah seorang pembaca yang baik. Kita akan mengetahui sebuah buku bernilai bagus setelah selesai membacanya. Maka cara mengikat peminat untuk membaca buku adalah dengan ‘promosi’.

Dalam menerbitkan buku Om Jay memaparan bahwa sebelum memasarkan buku, kita harus mencari  editor yang mampu membuat buku yang kita  terbitkan menjadi enak dibaca. Semua buku yang beliau cetak di penerbit indie selalu ada editornya dan beliau tak pernah merangkap menjadi seorang penulis sekaligus editornya. Itulah mengapa isi buku yang beliau terbitkan selalu laku di pasaran. Sebab sudah diedit secara profesional oleh para editor yang memang menguasai di bidangnya. Namun, beda halnya apabila  kita menerbitkan buku di penerbit mayor atau penerbit besar. Semua buku ada editornya sehingga terseleksi dengan baik dan layak untuk dijual atau dipasarkan ke seluruh Indonesia. Bahkan ke manca negara bila bagian marketing nya sudah sampai ke berbagai negara di dunia.

 

Menurut Om Jay, berteman dengan kecanggihan teknologi, media sosial merupakan jurus jitu dalam memasarkan buku. Memasarkan buku bisa kita lakukan lewat WAG, Fb, IG atau media digital lainnya.

Langkah pertama, adalah memasarkan buku lewat WAG.  Gambar buku dibawah ini adalah buku yang hari kemarin Om Jay post di WAG Peltihan Menulis Gelombang 18. Mudah sekali bukan? Ternyata memasarkan buku ala Om Jay adalah ‘semudah klik and share’.



 

Langkah Kedua, adalah memasarkan buku lewat IG seperti yang pernah dilakukan oleh anaknya Om Jay yang bernama Intan. Intan memasarkan produknya dengan metode story telling. Wah, ternyata metode storry telling tidak hanya ad di mata pelajaran bahasa Inggris saja yak, hehe.

Langkah Ketiga, Om Jay menuturkan bahwa memasarkan buku bisa dengan media Youtube. Dikemas dengan bahasa sederhana yang natural tidak mengurangi nilai buku yang dipasarkan. Memasarkan buku lewat kanal youtube lebih mudah dan terperinci. Kita bisa mendeskripsikan isi buku dengan pemaparan yang luas.

Langkah Keempat, Om Jay melakukan tehnik promosi buku lewat dunia blognya. Beliau lanjut menuturkan sehebat apapun kita berselancar di media sosial namun hal yang paling harus kita lakukan adalah berkolaborasi.  Inti dari memasarkan buku adalah adanya kolaborasi. Kita harus bekerjasama dengan orang lain agar buku yang diterbitkan laku di pasaran. Untuk penerbit besar, biasanya mereka memiliki tenaga pemasaran yang banyak. Sehingga serangan darat, laut dan udara dapat dengan mudah mereka kuasai. Selain itu, inovasi juga menjadi penunjang dalam mempromisikan buku seperti Penerbit Andi Yogyakarta mereka berinovasi dengan cara melakukan acara webinar dan bersertifikat.

Dengan gaya bahasa yang piawai ia menuturkan bahwa media sosial memiliki magnet dalam marketing yakinlah setiap buku akan menemui takdirnya. Namun itu semua harus diiringi dengan usaha yang terus menerus dan tidak mudah putus asa. Seperti pepatahnya Meri Riana “kekuatan dan kepintaran adalah modal. Tapi tidak ada yang lebih dahsyat dari keberanian dan ketekunan”. Jadi jangan bosan menulis, mari berinovasi, mari berpromosi karena memasarkan buku semudah klik and share. Itulah hebatnya tehnologi, salam literasi!

 

Salam Pena Milenial!

Maydearly89

Resume : Ke-10

Maesaroh M.Pd

Tema : Tehnik Memasarkan buku

Narasumber : Wijaya Kusumah, M.Pd

Lebak, 26 April 2021

Jumat, 23 April 2021

Menggali Mental dan Naluri seorang Penuis

 


“Kalau kamu bukan anak raja

 dan engkau bukan anak ulama besar,

 maka jadilah penulis”

Imam Al-Ghazali

 

Satu kata mengawali tulisan ini Bismillahirrahmanirrahim, yakinlah setiap tulisan akan menemui takdirnya meski tak sekarang mungkin besok atau lusa, tak perlu tergesa-gesa, biarkan mengalir seperti hujan, dan dalam seperti berlian. Yang perlu dilakukan hanyalah  mempertahankan komitmen dalam menulis meski ditemani terik yang menjemput dahaga, namun ketika kita mulai mencintai sebuah tulisan maka menulis seperti mendatangkan hujan yang   mengobati sang  dahaga. Sulit  memang, tetapi ketika kita  membiasakan diri merangkai kata, melatih diri agar sekali duduk langsung melahirkan sebuah artikel maka hal itu akan membawa kita pada Mental dan Naluri Menulis yang baik. Dengan segala upaya saya bulatkan tekad untuk mengikat setiap makna hidup dalam sebuah tulisan, agar kelak ada jejak cerita yang di albumkan. Seperti pepapathnya Imam AL-Ghazali jika engkau bukan anak raja atau anak ulama besar maka jadilah Penulis. So, keep writing!

Ditta Widya Utami S.Pd., Gr adalah sosok yang akan diukir dalam narasi yang saya tulis siang ini. Ia adalah seorang guru yang dilahirkan 31 tahun yang lalu tepatnya 1990. Sosok wanita cantik nan cerdas ini mengajar sebagai guru IPA di SMPN 1 Ciendeuy Subang. Ia adalah seorang penulis hebat dengan segudang karyanya seperti: Precious, Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja, Djogja Backpacker, Lelaki di Ladang Tebu, Membongkar Rahasia Menulis dan Sepenggal Kisah Corona dan masih banyak lagi buku berjenis Antologi yang bisa kita jelajahi lewat blognya https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html .

 

Dengan sapaan hangat dan gaya bahasa yang santun ia menuturkan bahwa teknik menulis dan mental seorang penulis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Ibarat jiwa dan raga teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup". Teknik menulis disini adalah kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis. Sedangkan mental penulis merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri. Ia lanjut menuturkan bahwa ada empat hal yang dibutuhkan penulis dintaranya;

Pertama, seorang penulis harus memiliki mental yang siap untuk konsisten. Konsisten disini adalah kemamuan menulis yang continue dalam situasi apapun dan dalam keadaan apapun

Kedua, ketika seorang penulis mempublish tulisan kita maka  harus siap dikritik karena tulisan kita sudah bersifat tulisan milik umum. Kritikan itu  berbentuk dua macam  kritik membangun positif atau negatif. Apabila seseorang memberikan kritik negatif dalam tulisan kita, maka kita harus jadikan kritikan itu sebagai lecutan untuk menulis lebih baik lagi

Ketiga, seorang penulis harus siap ditolak media atau penerbit. Ini merupkan hal yang biasa bagi penulis pemula. Namun, ketika kita mengalami penolakan maka jangan pernah berputus asa bangkit dan teruslah menulis.

Keempat, seorang penulis harus bisa menjadi dirinya sendiri, walau terkadang kita harus bercermin dari oranglain, namun semakin sering kita menulis maka kita akan menjadi diri kita sendiri.

 

Dengan bahasan yang lugas ia lanjut memaparkan bahwa seorang penulis memiliki 4 macam tipe

1.      Tipe Penulis Dying Water atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis. Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis.

2.      Tipe Penulis Dead Man adalah seorang penulis yang tidak diketahui keberadaannya. Tulisannya terkubur di folder laptop, terbungkus dalam lembaran diary. Atau notes yang ada di hp dan karyanya belum terpublish.

3.      Tipe Penulis Sick People  ini adalah  orang yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya.

4.      Tipe Penulis Alive yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Ia dikatakan  "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Mereka menjadikan tulisan sebagai kebutuhan primer. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan. Ciri yang paling kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus di jurnal nasional, di media massa, dsb. Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati seperti; Omjay, Mr. Bams, Bu Kanjeng, Pak H. Thamrin, moderator hebat  Bu Aam.

 

Bicara tentang tipe penulis, ia pun menuturkan bahwa teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain.

 

Sebuah tulisan akan mengalir dengan indah apabila kita memiliki dorongan hati dalam menulis, ia mengungkapkan segala keresahannya dalam balutan tulisan inilah yang disebut dengan ‘Naluri’. Naluri mampu mengantarkan seseorang untuk  mengubah dunia dengan tulisan dan mengubah orang-orang melalui goresan tintanya. Seseorang  yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.

 

Lantas bisakah kita menjadi seorang Penulis? Tentu saja sangat bisa. Kenali diri Anda dan lingkungan Anda, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita. Dalam hati kecil saya bertanya, lalu jika saya adalah seorang penulis, maka seperti apakah saya? Maka saya harus menjadi penulis Alive.



Penulis yang tanpa goresannya hari-hari menjadi bosan. Penulis yang tanpa karyanya merasa teracuhkan seperti petuahnya Fatimah Mernissi “Usahakan menulis setiap hari. Niscaya, kulit Anda menjadi segar kembali akibat kandungan manfaat yang luarbiasa” Salam Literasi!

 

 

Salam Pena Milenial!

Maydearly89

Resume : Ke-9

Maesaroh M.Pd

Tema : Mental dan Naluri Penulis

Narasumber :Ditta Widya Utami

Lebak, 23 April 2021

 

 

Rabu, 21 April 2021

Buku adalah Mahkota Penulis

 


Buku adalah Mahjkota Seorang Penulis.  Laiknya seorang Raja , beliau diakui sebagai Penguasa karena mengenakan Mahkota di dikepalanya. Mahkota itulah bentuk pengakuan resmi dari rakayatnya.  Analog dengan Seorang penulis tanpa memiliki buku maka belum bisa dikatakan sebagai seorang  penulis sejati”

Thamrin Dahlan

Alhamdulillah adalah pautan kata sebagai bentuk rasa syukur terhadap sang pencipta atas segala rahmat-Nya. Bersyukur karena masih di pertemukan dengan moment spesial dimana seorang wanita dapat tegak berdikari mengembangkan telantanya menjadi wanita sejati dalam balutan emansipasi. Adalah Raden Ajeng Kartini yang menjadikan seorang wanita begitu berharga atas talentanya pula membuat dunia terbuka bahwa wanita adalah insan mulia yang melahirkan generasi luarbiasa, jika matahari bisa berkata bahkan ia akan bersaksi bahwa Kartini ibarat hujan yang diciptakan Tuhan untuk keteduhan, meneduh dari embargo  keberingasan yang menganggap wanita tanpa daya tanpa karya.  Selamat hari Kartini, mari kita  jadikan RA Kartini sebagai inspirasi untuk membangun budaya literasi. 

Seperti petuahnya RA Kartini yang begitu populer “Habis Gelap Terbitlah Terang”  mengiringi narasi dalam pelatihan siang ini, bahwa setelah resume terbitlah buku hehe. Sesuai dengan pembahasan yang akan disampaikan  oleh Bapak Thamrin Dahlan bahwa “Buku adalah Mahkota penulis, Buku adalah Muara Tulisan” maka menulislah untuk menciptakan sejarah kehidupan.

Meski dibersamai matahari yang terik disiang ini, namun ada kebanggaan dalam hati karena dapat bertemu secara virtual  dengan Bapak Thamrin Dahlan, sosok yang begitu familiar dikalangan penulis. Beliau memiliki sebuah Yayasan Penerbit Pusaka Thamrin (YPTD) Lahir di Tempino Jambi 7 Juli 1952 dan merupakan Purnawirawan Polri yang terakhir bertugas sebagai Direktur Pasca Rehabilitasi BNN Pangkat Kombes Pol. Hebat sekali bukan? Begitu banyak sumbangsih yang beliau berikan kepada negara, selain sebagai pemilik YPTD beliau pun adalah seorang penulis yang sudah melahirkan 37 judul buku. Tak hanya itu beliau juga seorang blogger pada kompasiana https://www.kompasiana.com/thamrindahlan boleh cek blog nya hehe.

Dalam kuliah hari ini beliau membuka materi dengan Ppt yang didalam nya terdapat banyak rangkaian kata yang begitu indah. Beliau meyakinkan bahwa setiap orang bisa menulis karena menulis sesungguhnya pekerjaan memindahkan apa yang diucapkan kedalam peralatan tulis menulis. Tulisan tulisan itu ibarat air mengalir. Tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh mencari tempat terendah akhirnya bermuara di lautan. Itulah Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan nan terserak. Selaiknya karya gemilang, olah pikir perlu diselamatkan menjadi kitab. Luarbiasa sekali kalimat ini semakin memotivasi saya untuk terus menulis.

Namun, seperti apa kita harus menulis? Menulis itu memiliki karakteristik masing-masing seperti kategori penulisan artikel.  Berikut adalah Kategori Artikel / Tulisan

1.       Artikel berbentuk Deskriptif. Yaitu artikel yang hanya sebatas menggambarkan atau melaporkan (to describe) Azas 5 W 1 H / tidak memecahkan masalah Reportase/liputan/laporan.

2.       Artikel berbentuk Eksplanatif  adalah artikel yang menjelaskan, menerangkan dan mengupas permasalahan secara mendalam/ilmiah. Objektif dan bertanggung jawab ü Karya Ilmiah : Skripsi/Tesis/Disertasi/jurnal ü Opini : Ipoleksosbudhankam.

3.       Artikel berbentuk Fiksi adalah Kebebasan menuangkan inspirasi dunia maya sebagai bagian tak terpisahkan dari seni Puisi, Novel, Cerbung, Cerpen, Pantun.

Nah, setelah kita mengetahui macam-macam artikel, ternyata yang belum kita ketahui adalah metode menuliskannya. Disini beliau memberikan Tips metode menulis sekali duduk langsung jadi. Mau tau apa saya? Check it out;

 

Ø  Upayakan tidak meniggalkan tulisan

Ø   Hiraukan kesalahan ketik

Ø   Ketika blank. Tinggalkan paragraf, masuk ke paragraf baru

Ø   Baca berulang ulang pada proses editing

Ø   Sebagai pemula cukup 5 Paragraf

Ø   Bersegera Posting tulisan di media sosial

 

Selain metode dalam menulis, kita juga harus mengetahui bahwa menulis itu memiliki aturan yang mudah diterapkan agar tulisan kita menarik pembaca diantaranya:

 

Menulis Pendek Pendek

Ø  Menulis pendek pendek, upayakan maksimal 9 kata dalam satu kalimat

Ø  Bahasa bicara /seperti bertutur kata

Ø  Mudah dimengerti / pahami

Ø  Runtut tidak menjelimet

 3 Rahasia Menulis menurut Beliau

1. Setiap tulisan memiliki roh. Roh dalam artian tulisan itu hidup dengan syarat karya ketik di syiarkan ke media sosial. Tulisan anda dibaca apalagi  diberi komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil menjadi penulis non buku harian.   Tahu sendirilah zaman dahulu kala anak mansuia acap menulis di album kenangan. buku harian itu dia nikmati sendiri, ketika membaca, tertawa, menangis, menyesal dalam seribu satu kenangan. Zaman itu telah lewat kini saatnya kuatkan niat berbagi denghan hatrapan bermanfaat dan penulis mendulang pahala melalui pekerjaan menuliss. Yes tulisan memiliki Roh, jangan ragu share ke Faecbook, whats app, dan media lainnya sehingga anda dikenal sampai satu saat menjadi terkenal.

 2.  Buya Hamka meninggalkan pesan bermakna Biarlah tulisan mu itu membela dirinya sendiri, biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya. Beliau (Bapak Thamrin Dahlan) membuka rahasia tersebut ketika buku Bukan Orang Terkenal entah bagimana jalannya sampai di Bapak Prabowo.  Singkat cerita Beliau mendapat kehormatan menjadi Penulis Resmi Partai Gerindra selama masa kampanye 2014.  Terbitlah buku Prabowo Presidenku.  Best seller sampai di bajak.

 3.  Profesi jurnalis atau katakanlah seorang wartawan amatir mendapat kesempatan dijamu makan siang di Istana Merdeka. Tak terduga bahkan tidak terpikirkan mimpipun tidak bisa berpidato di hadapan Presiden Jokowi.  Bukankah anugerah ini merupakan kebanggaan rakyat. Bersebab menulis mampu menembus batas birokrasi dan bisa bertemu dengan tokoh nasional.

Belaiu pun memaparkan bahwa setiap orang bisa menulis. Tanpa kita sadari setiap orang sebenarnya sudah pasti memiliki buku. Buku dalam artian tercantum namanya di sampul  / cover depan buku. Paling tidak dia pernah sekolah di tingkat paling rendah sekolah dasar. Itulah buku catatan tentang prestasi diri si murid,  hanya saja buku dituliskan oleh Bapak Ibu Guru yang baik hati dalam bentuk raport.  Menginjak pendidikan menengah  SMP, SMA, SMK para pelajar dan siswa  sudah di wajibkan menyusun karya tulis walaupun terkadang berupa kerja kelompok namun makalah itu dijilid jadilah buku. 

Ketika di Perguruan Tinggi, kualitas buku seorang sarjana itu memiliki harkat terhormat.  Bersebab buku yang dinamai Skripsi, Tesis dan Disertasi diterbitkan setelah melalui proses panjang penelitian, pembimbingan dan kemudian di uji hadapan Sidang Majelis Kehormatan Para Guru Besar Universitas.

Jadi, bagi para penulis pemula jangan ragu untuk menulis dan menerbitkn buku karena Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) ber komitmen membantu para penulis menerbitkan Buku Perdana ber ISBN tanpa biaya. Prosedur sangat sederhana dalam waktu 14 hari buku Terbit. Wah luarbiasa sekali ya, saya jadi semakin semangat menulis.

 Perlu kita ketahui bahwa ada 3 program dalam menerbitkan buku di YPDT  

Pertama, Penulis telah memiliki Naskah Buku. Kedua, Penulis aktif posting tulisan di website YPTD terbitkanbukugratis.id setelah terkumpul 40 artikel maka akan buku akan diterbitkan. Ketiga,  YPTD menerbitkan buku ontologi berupa kumpulan tulisan yang di posting dalam 1 bulan. Wah Keren sekaliii. Semangat semakin berkecamuk ingin rasanya memiliki mahkota, meski tak mungkin memiliki mahkota sang ratu minimalnya memiliki mahkota buku. Hati jadi tergerak ayoo buruan gabung di YPDT hehe. Salam Literasi!

Waktu berangkat begitu singkat namun materi yang beliau berikan begitu melekat  jangan ragu lekatkan semua memoar dalam tulisan agar bertumpuk menjadi sebuah karya  selaiknya karya gemilang, olah pikir perlu diselamatkan menjadi kitab, Salam Literasi!

 

 

Salam Pena Milenial!

Maydearly89

Resume : Ke-8

Maesaroh M.Pd

Tema : Buku adalah mahkota penulis 

Narasumber : Thamrin Dahlan SKM, M.Si

Lebak, 21 April 2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata Pengantar Buku Tarian Aksara Penuh Makna

Dahulu aku sering bertanya sendiri; kalau puisi itu berwujud, akan seperti apakah dia? Matahari? Bulan? Bintang? Gunung? Laut? Bertahun lalu...