Jumat, 26 Maret 2021

Jejak Langkah di Stasiun Lempuyangan

 

Ketika menanti senja hanya dengan menatap padang ilalang, seketika hati teringat akan suatu masa tentang jejak langkah di stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Masa itu adalah 10 tahun yang lalu ketika masih menyandang gelar mahasiswa sarjana. Meski tak berkuliah di Jogja tapi hampir setiap bulan derap langkah menuju Jogja demi menengok sang adik yang berkuliah disana. Jadi ceritanya aku ini dulu nya ‘Neneng kurir’ yang setiap bulan harus mengirim  uang untuk adik perempuan ku. Bak  menelan asam garam sejatinya selalu ada cerita manis dan pahit di setiap perjalanan Lebak-Jogja.

Cerita itu seperti hikayat prosa yang kelak di sadur  dalam kehidupan anak cucu kita. Setiap langkah masih teringat jelas betapa lika liku itu sungguh menyenangkan, bahkan sempat menyedihkan. Dari sinilah perjalanan panjang  itu di mulai yang mengajariku betapa dunia ini luas akan segala keindahan, rintangan, kebahagiaan, bahkan kesedihannya.

Tak semudah seperti sekarang, dulu pada tahun 2010 mendapatkan tiket kereta itu begitu sulit. Antrian yang begitu panjang dengan jumlah orang yang mencapai ratusan. Sangat berbeda dengan sekarang dimana bisa membeli tiket secara online dan di tukar di stasiun. Kalau saja terlalu lama di antrian, kita pun tertinggal oleh jadwal keberangkatan kereta. Ya meskipun sampai saat ini sedikit sulit mendapatkan tiket kereta dengan rute pulau jawa. Biasanya untuk mencapai Jogja aku harus berangkat dari Lebak jam 2 siang dan tiba di jakarta Pasar Senin jam 5 sore. Rute Kereta Senin-Lempuyangan berangkat jam 19.00, ada waktu sekitar kurang lebih 2 jam untuk solat, makan dan persiapan pemberangkatan/menunggu kereta. Tut tut sirine kereta mulai di suarakan sebuah tanda si ‘ulat baja’ siap melayani penumpang. Dengan segera aku langkah kan kaki dan masuk kedalam kereta. Dari tiket yang kita pegang sudah terdapat petunjuk akan tempat yang kita duduki muai dari nomor gerbong hingga nomor kursi. Jaggijug gujag-gijug kereta berangkat (sudah seperti lirik lgu saja ya) hihi dan aku pun melewati malam panjang dengan tidur di kereta. Perjalanan yang lelah dengan pundak yang berat, pipi yang sembab dan mata yang loyo karena tak senyenyak tidur di atas kasur. Akhirnya  aku lewati perjalanan itu dengan tiba di Stasiun Lempuyangan pada pukul 6 pagi. Dua hari ku habis kan seluruh waktuku dengan menikmati segala keindahan Jogja. Menikmati segala ke elokan budayanya, dan segala keramahan warganya. Disini hampir tak ku dapati angkot karena setiap perjalanan di lewati menggunakan ‘bus trans’ yang berhenti dari halte ke halte. Betapa bahagia tinggal disana meski hanya menikmati sebulan sekali tetapi segala kenangan ‘in memoriam’. Begitulah Jogja, lidah ini kelu jika harus mengandai kan semua tentang Jogja.

Sore itu adalah perjalanan pulang ku dari Jogja menuju Lebak. Kaki tegap berdiri menunggu sang ulat baja tiba di stasiun Lempuyangan. Dengan  decak semangat ingin segera kembali ke kampung halaman. Sekitar jam 5 sore kereta pun mulai di siap kan. Kaki  bergegas memasuki gerbong dan mencari tempat duduk. Suasana yang begitu riuh, bising, padat berdesak antara penumpang dan pedagang. Dulu penumpang berjualan bebas di kereta, mereka menjajakan dagangan mereka dari Jogja sampai Cirebon. Di stasiun Cirebon mereka singgah dan kembali menaiki kereta menuju Jogja sebagai arah pulang. Sore itu suasana sangat tidak nyaman seperti sebuah  firasat buruk hendak terjadi. Mulai dari tempaat duduk yang amat sesak dengan penumpang, dan pedagang yang hilir mudik setiap detik. Karena kursi panjang berhadapan tempat duduku penuh dengan penumpang, aku pun duduk di paling ujung. Rasanya tak terima dengan suasana ini tapi aku tak bisa egois karena mereka para penumpang di samping dan di depan ku sudah separuh baya. Aku pun harus mengalah walau sudah terbayang kelelahan yang harus ku tanggung dalam semalam. Tak ada celoteh yang bisa ku suarakan karena tak mengenal salah satu pun dari mereka, aku hanya duduk dengan memainkan jari pada handphone. Waktu itu HP tak secanggih saat ini, paling canggih itu HP dengan merk Nokia.

Malam semakin gulita, ku tengok jam di HP menunjuk angka 11, aku putuskan untuk tidur sekejap karena duduk di kursi paling ujung tak akan  senyenyak tidur di kursi yang menempel pada dinding kereta. Tidur ku terus terjaga setiap suara masih terdengar riak. Setiap gerakan masih terasa, namun entah di menit ke berapa  aku pun terpulas. Tak lama setelah itu kereta terdiam ternyata kami sudah sampai di Cirebon. Kereta biasanya berhenti pada jam 12 malam di Cirebon dengan jeda yang lama sekitar satu jam. Karena tersadar kereta tak bergerak aku pun terbangun dan melihat sekitar. Pada saat itu ‘ I was very shocked’ tas selempang ku terbuka aku raba semua isi tas dan Oh My God, seseorang mencuri dompet ku hiks hiks hiks. Rasanya sangat panik ingin menangis, menjerit tak tahu harus bagaimana? Tapi rasa malu lebih besar dari rasa marah. Semua penumang di samping ku bertanya ‘Ada apa mbae?’ tanya wanita renta di sebelah ku ‘dompet saya hilang bu, sepertiny saya kecopetan’ jawab ku panik. Mereka pun menatap ku iba dan terus bertanya, Mba’e pulang nya kemana? Masih Jauh ora? Punya sodara  di Jakarta? Semua pertanyaan itu aku jawab setelah menghela nafas panjang.

Seulas cerita tentang si dompet, jadi aku pulang dari Jogja hanya dengan bekal uang lima puluh ribu sisa membeli tiket. Uang itu sudah aku perhitungkan dan pasti cukup untuk pulang ke Lebak, karena mahasiswa kalau naik angkutan umum biasanya bayar setengah harga. Aku pun masih bingung memikir kan bagaimana cara pulang, sama sekali tak ada uang sepeser pun. Dompet dengan segala kartu kosong nya raib di tangan orang jail. Gumam ku dalam hati ‘Kasian banget kamu copet, dapat dompet isinya cuma gocap, ada atm saldonya kosong pulak hahahahahaaa. Di tengah larut nya aku dalam lamunan, tiba-tiba mereka saling berbisik dan ternyata mereka melakukan sirkulir untuk mengganti uang ku yang hilang. Maha Besar Allah dengan segala pertolongn Nya. ‘Mbae iki cukup ora? Kalo gak cukup ta tambahin lagi? Tanya si wanita renta di samping ku sambil menyodor kan uang sejumlah tiga ratus ribu. seketika aku menangis haru betapa pertolongan Allah itu nyata. Aku hanya kehilangan uang lima puluh ribu, dan mereka ganti dengan uang tiga ratus ribu. Rasa haru campur bahagia sampai tak kuasa berkata apa-apa, aku cium tangan mereka semua nya seperti baktiku pada orangtua. Air mata pun mengalir dengan deras tanpa tertahan. Demi Allah sampai detik hingga ku tulis kan cerita ini takan pernah melupakan jasa mereka, semoga Allah balas dengan segala kebaikan dan kemurahan rejeki meski tak saling mengenal, meski hanya bertemu sakali seumur hidup pada Mu ku pintakan untuk segala kebaikan mereka.

Dari kejadian itu aku pun tak sanggup melanjut kan tidur ku hingga waktu menujukan pukul 3 dini hari, dan kereta tiba di Stasiun Senin. Sedikit lega akhir nya aku sampai di Jakarta dan hanya  beberapa jam lagi perjalanan ku menuju Lebak. Dari stasiun Pasar Senin aku melanjutkan perjalanan ku menuju Stasiun Tanah Abang, aku putus kan untuk menaiki oplet 05 Jurusan Senin THB. Setibanya di Tanah Abang aku belanjakan uang tiga ratus ribu itu dengan membeli baju dan macam oleh-oleh. Hatiku bergumam ‘Lucu sekali sekali cerita hari ini, malam kecopetan dan pagi berbelanja hahahaha. Zaman dulu uang tiga ratus ribu rasanya senilai dengan lima ratus ribu, dan untuk kelas mahasiswa seperti aku rasanya masih jarang pegang uang dengan nilai ratusan pada masanya. Beda lah ya dengan zaman now, uang tiga ratus ribu hanya cukup ongkos pulang pergi Jakarta Lebak.

Cerita ini rasanya masih seperti anekdot, biasanya aku hanya mendengar  cerita orang kecopetan. Tapi subhanallah ternyata aku pun harus mengalaminya. Dari sini aku benar-benar memahami bahwa pertolongan Allah itu nyata, dan hanya sekejap apabila kita berserah diri. Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus. Insyaallah yakini, pertolongan itu benar-benar nyata.

 

Salam Pena Milenial

Maydearly 89

 

Lebak, 26 Maret 2021

 

Kamis, 25 Maret 2021

Temaram dengan segala Kejutan

Setelah sekian minggu tidak nge-blog, malam ini rasanya kepala ingin berkeliling dengan segala tumpahan kata. Sejatinya melampiaskan segala kesah dan gulana atas segala tagihan pekerjaan yang tak kunjung usai. 

Dalam temaram yang menyambut malam, seketika adzan berkumandang menopang semangat bertasbih dan bertadabur. Temaram  yang gulita menghantarkan banyak cerita sebagai penutup senja. Di awali dengan pemandangan yang menggelitik karena seekor baby frog masuk kedalam rumah. Kedua pemuda kecil ku menjerit geli “Mama ada kodok masuk kedalam rumah, cepat buang mah”. Teriak mereka. Seketika aku pun terperangah dari sejadah melihat keadaan yang mereka sebut kan. “Wow thats amazing guest” bisiku dalam hati. Dengan semangat 45 segera ku ambil sapu untuk memukul sang melata itu, namun dengan lihai si babi kodok itu melompat dari satu sudut ke sudut lain, 1..plak, 2.. plak, wew senjata injuk ku ternyata tak mempan. Semakin aku pukul si kodok semakin enerjik, bokong nya seperti bergoyang sambil melompat seolah menghina ketidakberdayaan ku. Aku kejar terus dengan gerakan tangan sedikit ‘njelimet’ karena masih memakai mukena. Seperti main kucing kucingan, semakin di kejar semakin menjauh. Ibarat cinta bertepuk sebelah tangan ahahahahahaha. Argh dasar si kodok! Emosi mulai memuncak, karena ia sangat lihai melompat. Hingga akhir nya aku tanggal kan mukena untuk meraih mu, hey kodok usil! Semakin gesit mengejar semakin cerdik si kodok berkelakar. Merasa diri sudah mengeluarkan jurus paling jitu untuk memukul si kodok, ternyata si kodok itu berhasil bersembunyi di bawah lemari kamar. Rasanya seperti kehabisan tenaga gegara permainan sore ini. Dan pada akhirnya  aku biarkan ia menginap semalam di bawah lemari ku. Meski hati sedikit risih, fikir ku tak apa karena bersedekah itu tak hanya kepada manusia, hewan pun ingin di sedekahi, salah satu nya tidur di bawah lemari ku hihihi.

Seusai kejar-kejaran aku pun pasrah dan kembali pada sejadah, menengadah doa agar kehidupan esok lebih baik dengan segala kemurahan rezeki dan kebaikan- Nya. Semenit kemudian dering handphone berbunyi meng isyaratkan sebuah pesan datang. Ku tengok ternyata pesan itu dari lelaki yang paling aku cintai atas segala lelah dan pengorbanan nya. “mah, ayah gak bisa pulang karena jaringan wifi belum stabil, izin menginap yak” tulis nya penuh harap “iya sayang, selesaikan pekerjaan nya sampai tuntas” jawab ku tegas dengan  emot penuh cinta. Seromantis itu? Oh iya dong meski sudah memiliki dua  anak dan usia pernikahan sepuluh tahun, alhamdulilah selalu romantis hehe. Tetapi akan beda cerita jika kalimat dari pesan suami di ceritakan kembali pada teman-teman dekat, seketika mereka akan mem-bully hebat kalimat tersebut “Hayooo itu mah cuma alesan, pastinya izin nginep nya karena cari perawan atau janda hahaha” (kata-kata yang terbesit dalam hati). Itulah sebab nya tidak setiap cerita bisa di ceritakan pada orang lain karena akan menimbulkan kontra persepsi. Terkadang hal sepele menjadi luarbiasa dari cerita orang lain setuju kan? Jadi pandai lah kita dalam menyikapi setiap keadaan.

Malam itu aku isi dengan  segudang pekerjaan, aku buka laptop  dan mengetik sampai pundak terasa pegal. Terasa sedikit ngantuk dan ku tengok jam bergerak meuju angka sebelas. Akhirnya aku tutup laptop dan pergi tidur. Seperti biasa alarm selalu di seting pada pukul 03.00 fajar, pada jam ini biasanya aku terbangun mengambil wudhu dan bertahajud. Bukan hanya karena mengejar sunnah, tapi duduk termenung di waktu fajar seperti menciptakan dimensi kedamaian. Sunyi yang begitu gulita mengajarkan arti kesendirian seperti mengingat kematian. Sendiri  dalam gelap, dingin dalam pekat.

Namun berbeda dengan cerita malam itu gegara si kodok menginap di bawah lemari, tidur ku pun terusik. Pada pertengahan malam menuju tidur yang nyenyak tiba-tiba badan ini menggelitik geli, aku pasrah karena hati berfikir mungkin ini hanya mimpi badan seperti ada yang menggelitiki. Dan tetiba aku terperanjat rambut ikal ku ada yang menoyak-ngoyak, aku baru sadar ternyata malam itu tidur bersama kodok hahahahaha. Dasar kodooook! Malam itu pun aku semakin geram. Ku nyalakan lampu kamar, ku tutup pintu nya dan aku kejar si kodok sampai payah. Plaaaaaaakk pukulan jitu di pertengahan malam. Akhirnya dengan rasa bahagia aku dapat menaklukan kodok itu. Aku pukul terus hingga mati. Niat hati enggan membunuh, tapi tamu yang satu ini gak tau diri, di kasih hati minta jantung. Lalu ku buka pintu dapur dan aku lempar kan dengan  rasa puas seperti menghempaskan masa lalu yang buruk uhuhuhu.

In the end dari cerita si kodok, aku tak bisa melewati malam ku dengan kembali tidur. Badan ini pun  tergerak untuk berwudhu dan bertahajud. Mungkin kalau bukan karena si kodok aku akan melewatkan malam panjang ku tanpa doa. Karena fisik yang lelah pasti membuat tidur nyenyak. Itulah sebab nya si kodok mengganggu tidur ku untuk mengingatkan aku pada Rab-Ku. Dan sejatinya setiap kejadian selalu ada hikmah nya.

Salam Pena Milenial

Maydearly89

Lebak, 25 Maret 2021.

 

 

  

Getar  Hati

Oleh : Maesaroh

 

Kepada malam nan kelabu

Aku hendak berbagi

Tentang hati

Bimbang.

 

Gelombang angin getarkan hati

Membawa rasa kelana

Tentang dunia

Fana.

 

Tolong sampaikan pada dunia

Aku dengan takdir ku

Ingin bertemu

Jumpa.

 

Tentang rasa gundah gulana

Aku dengan citaku

Ingin bersua

Rindu.

 

Hanya pada Rab- Ku

Menengadah harap, doa

Agar rasa

Tentram.

 

Lebak, 12 Maret 2021

 

Patidusa Asli

4-3-2-1, 1-2-3-4, dst.

Cicak

Oleh: Maesaroh

 

Cicak berontak dan berdecak

Mencari ruang gerak

Berjalan cekat

Acak.

 

 

Cicak

Pekat merangkak

Mengukir sebuah sajak

Tentang lagak yang abstrak.

Lebak, 12 Maret 2021

 

Patidusa Bias

1-2-3-4, 4-3-2-1, dst.

Suara Angin

Oleh: Maesaroh

 

Angin

Dalam semilir

Melepas segala getir

Melukiskan nuansa damai bergulir.

 

Membelai mesra ruang resah

Mengukir rasa indah

Menghapus lelah

Pasrah.

 

Semilir

Seperti melodi

Lelah  jauh terhempas

Lautkan semua duka lara.

 

Andai bisa tititpkan pesan

Sampaikan dengan riang

Ingin hidup

Damai.

Lebak, 12 Maret 2021

Patidusa Cemara

1-2-3-4, 1-2-3-4, dst.

Sepertiga Malam

Oleh: Maesaroh

 

Sujud

Bersimpuh rindu

Dalam sepertiga malam

Menengadah harap dan do’a.

 

Manusia

Mahluk bernyawa

Sang penggembala dosa

Dalam persinggahan dunia fana.

 

Pahala

Untuk mereka

Yang bertafakur doa

Dalam gelombang sepertiga malam.

 

Ingatlah

Waktu bersinggah

Esok hingga lusa

Adalah jeritan  dan siksa.

Lebak, 16 Maret 2021

 

 

 


Selasa, 16 Maret 2021

Iklas adalah pembuka pintu rezeki

Salam literasi para penikmat cerita! semoga hari mu kaya dengan ilmu. Jumpa lagi dengan si pena milenial,  sebelum baca tarik nafaaass dan hempas kaaaaan ahahahaaha sudah kaya slogan Syahrini aja yak.

Iklas adalah Pembuka Pintu Rezeki

Pagi itu langit tampak mendung dibalut awan yang menutup mentari di ufuk fajar. Semangat pagi emak-emak itu adalah semangat nge-Loundry. Meski mentari tak kunjung berseri jiwa mencuci tak pantang berhenti. Akh aku ini, terlalu semangat memutar kan tombol mesin cuci air terisi penuh pakaian sudah terdampar pasrah dalam basah. Segera ku raih sabun suci untuk di masukan dalam mesin. aku rogoh sabun itu dalam kantung kresek ternyata sisa satu bungkus. Melihat sisa sabun yang hanya satu, segera ku raih dompet untuk menarik tunai selembar rupiah, ternyata kudapati hanya tersisa selembar uang  lima puluh ribu. Gak heran ya zaman now musim pandemi kerjaan susah, pendapatan menurun meski hanya melihat selembar pun harus di sambut dengan senyuman hehe.

Ini tentang kamu si rupiah lima puluh ribu, sedikit kelimpungan melihat nilai mu yang nampak besar padahal setelah di belanjakan hanya cukup untuk makan sekali. Dan aku putuskan dengan matang apa saja yang harus di beli. Disinilah hebat nya perempuan walaupun ia jago ngoceh tapi ia juga paling tau cara mengisi meja makan tetap bervariasi, paling tau cara  menjaga luka agar tidak menganga, menjaga celah kecil agar tidak terbuka lebar bahkan menjaga aroma pesing agar tidak tersebar kemana-mana. Betapa mulia seorang istri itu bukan? Dan akhirnya aku pun belanja dengan amat teliti agar semuanya bisa terpenuhi. Hingga tersisa uang yang  berwarna merah muda.Tau kan warna uang merah muda? smart reader pasti lebih tahu hihi. Niat hati sisa uang itu untuk jajan si buah hati tapi di separuh waktu mejelang siang tetiba datang seorang badut bermusik dengan kostum nya. karena si buah hati sangat takut dengan badut ia pun berceloteh "mah cepet kasih uang". Sedikit maju mundur cantik ada rasa ragu karena hanya tersisa selembar rupiah sepuluh ribu "Duh gimana nih, gak ada uang dua ribu" bisik hati sedikit gusar. Karena si kecil terus merengek ketakutan akhirnya ku berikan uang sepuluh ribu tersebut.  

Jleb, hati sedikit sesak namun logika masih waras, dengan yakin yang mantap ku obati rasa bingung dengan berfikir jernih dan meyakin kan hati bahwa rezeki berkah itu adalah yang bermanfat untuk orang lain. Ketika aku keluar kan uang sepuluh ribu, bagi orang yang membutuh kan bisa jadi uang itu bernilah seratus ribu. Jadi pandai lah mengeluarkan uang. Libatkan Allah dalam segala urusan Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus. Yang paling sulit adalah mengelola rasa cemas,  dan gundah, yang pada ahkirnya banyak bercerita tentang segala kesusahan by up date status, by curhat iya kaaaaan? hehe. Pandemi ini mengajari ku banyak hal diantara nya bagaimana cara pandai mengelola uang dari suami yang kadang seperti papan seluncur, dan bagaimana menjaga kufur menjadi sukur. Aku tekad kan dalam hati untuk tak ceritakan segala susah dalam ekonomi kepada siapapun terkecuali suami. Ku gantungkan semuanya pada Allah meski pada akhir nya aku tumpahkan pulak dalam tulisan ini hahahahaha. 

Selanjutnya rasa iklas itu memang harus di tata, karena dengan iklas rezeki itu seperti di tarik oleh medan nya. Tau apa yang terjadi pada hari itu? Berkat si merah muda yang diberikan pada si  badut tak lama  suami mendapat telpon dari bank dengan kabar yang sumringah yaitu dapat bantuan UMKM senilai dua juta empat ratus. Cantik bukan skenario Allah itu? Masyaallah zazakallah Allah begitu baik dengan segala skenario nya.


Salam Pena Milenial

Maydearly89


Lebak, 16 Maret 2021 

Sabtu, 13 Maret 2021

Kue Bokus di Penghujung Senja


Ini pertama kalinya mimin membuka blog ini dengan sebuah cerpen. sebelum lanjut baca, senyum dulu yak, konon dengan tersenyum dapat membangkitkan aurat belanja, ups aurat bahagia maksud nya, hehe. Mon maaf mimin agak nyeleneh, semoga pembaca tetap normal hihi.

Kue Bokus di Penghujung Senja

Satu kata mengawalai tulisan ini Bismillahirrahmanirrahim. Di ujung senja pembuka malam, tetiba dering pesan WAG pada hari kemarin 12 Maret 2021, ada pesan sayang dari WAG Family  yang berbunyi "Teh, datang ya ke acara pelepasan santri neng Pirda".  Rasa senang menyibak dalam hati karena  besok adik sepupu ku lulus dengan gelar Ustazah, seketika pula aku berfikir bawa apa ya buat acara besok? sedetik berlalu hingga melewati menit, sampai akhir nya "AHHA"  dapat ide sedikit cemerlang "make a bokus (Bolu Kukus) cakes" .

Sampai pada hari ini, taraaaa hati berdecak penuh semangat, ku ambil mixer yang masih terbungkus plastik, sedikit cerita tentang si mixer ya, bermula dari dua orang perempuan separuh baya datang ke rumah dengan membawa berbagai macam barang elektronik, mixer, blender, dan rice  cooker, kedua perempuan itu tetiba duduk di teras rumah menjajakan barang dagangan nya. Isyarat hati menolak untuk membeli, tapi karena si pedagang itu sangat memelas sampai hati ini pun luluh lantah seperti yang di mabuk cinta hihi. Rasa iba dan kasian pada mereka si perempuan paruh baya " Teh, tolong lah saya, beli lah  barang-barang kami. tolong lah teh, saya dagang karena butuh bangeeett buat pulang ke maluku,buat beli tiket pesawat teh, saya tinggal disini bersama suami, tapi suami saya main perempuan teh sakiiiiit hati saya, saya sudah banyak berkorban untuk suami saya, dulu saya ini nasrani tapi karena nikah dengan suami saya masuk islam. Sekarang saya ini ingin pulang ke maluku karena saya sudah tidak tahan dengan  suami saya, banyak uang tapi main perempuan gak ridho saya, jadi tolong lah saya agar saya bisa beli tiket pesawat besok" curhat nya dengan penuh sendu. seketika jiwa penolong ku meronta-ronta sampai akhir nya ku beli mixer denggan harga tiga ratus ribu. Hatiku berujar harta yang ku keluarkan untuk barang ini, lillahita'ala karena niat menolong. Begitulah seulas cerita tentang sang mixer.

Dan akhirnya sore ini ku keluarkan mixer dengan branded Philips, perdana bangeeet pake  alat ini. "Bismillah mudah-mudahan bisa di pakai dan awet" bisik ku dalam hati. Selangkah sedikit ragu antara bebikinan atau tidak karena berhari-hati mood sudah seperti anak tangga naik dan turun hehe. Namun  karena hasrat besar ingin mencoba si mixer akhirnya ku siap kan segala bahan dan sedikit tutorial dari you tube. resep nya mantap gaes boleh kunjungi channel youtube nya  Nophy Kitchen ya. Sangat di mengerti tutorial dari youtube tersebut hingga aku lakukan semua step by step  sesuai video tutorial tersebut. Percobaan pertama membuat kue bolu kukus lancar gaess, adonan normal tekstur bagus dan kue nya sangat mengembang. Horaaaaaaayyy aku berhasil. Boleh tepuk tangan ya pembaca yang budiman hahaha. Bagaimana tidak, hati ini amat riang perdana bikin bokus and it looks so beauty. Senang nya hati ini. Kue nya merekah seperti gadis cantik dengan baju merah. Hingga ku putus kan untuk di foto dan up date status di WA. Beberapa teman appreciate it. Makin tambah senang kan kalo di apresiasi hihi.

Hati semakin gentar untuk kembali membuat adonan, ku awali seperti langkah semula. Dan apa yang terjadi? Tebak terjadi apa?  tik tik tik,, Syedih gaes di tengah adonan mixer nya mati seketika dan mengeluarkan bau kabel angus, seketika adonan jadi bantat dan gagal untuk di lanjut kan hiks hiks. Tapi yang namanya emak-emak sangat pantang sekali ya membuang bahan makanan begitu saja, setuju gak? Hingga akhir nya adonan bantat itu aku usahakan untuk di kukus saja. Beberapa menit berlalu dengan hati yang terus berujar "mudah-mudahan bolu nya mengembang" menit demi menit berlanjut sampai pada titik matang, ku buka tutup panci nya. penasaran seperti apa? Bolu Kukus nya seperti "Kue Apem " pemirsa hahahahahahaha. Tapi tak apa karena percobaan pertama sudah berhasil, yang pasti jangan lelah untuk mencoba. Meski mengalami hal yang gagal hati ini mantap mengatakan bukan salah di aku, tap di mixer hehe. Padahal keudanya belum tentu salah. Banyak yang bisa ku petik dari si Bokus pertama, jangan pernah takut mencoba, kedua gagal itu biasa karena orang luarbiasa berasal dari orang gagal, ketiga tentang si mixer meski hati sedikit ngedumel, yakin lah niat awal adalah sedekah, maka pasti Allah ganti dengan rezeki yang lebih baik. Aamiin.


Salam Literasi

Maydearly89

Lebak, 13 Maret 2021


Kamis, 11 Maret 2021

Kumpulan Puisi Patidusa Maydearly

 

 Puisi Patidusa

Patidusa Asli

4-3-2-1, 1-2-3-4, 4-3-2-1, dst.

 

Iktibar Qalbu

oleh : Maesaroh

Sudut canda bias riak

Bangku beralas debu

Sendu menepi

Sunyi.

 

Pandemi

Menyisir  qalbu

Menyekat embargo canda

Menghalau belajar tanpa sua.

 

Hampa menyibak sudut sekolah

Melebur cerita siswa

Tanpa narasi

Nyata.

 

Sesak

Qalbu berujar

Haus tentang iktibar

Iktibar moral dari keberadaban.

 

Lebak, 26 Februari 2021

 

 

 

 

 

Patidusa Bias

1-2-3-4, 4-3-2-1, dst.

Jemari adalah Pena Maya

Oleh ; Maesaroh

 

PJJ

Episode baru

Mencipta dimensi ilmu

Gemuruh keluh mengoyak hati.

 

Jentik jemari menari semu

Menegur kias rindu

Membuka salam

Assalamualaium.

 

Daring

Hikayat prosa

Meneguk ringkas ego

Menjambak lelah guru, siswa.

 

Goresan tinta layar kaca

pada zaman kita

Belajar makna

Turwurihandayani.

 

Menyapa

Jemari berdansa

Bersua dalam maya

Melepas  rindu hiruk celoteh.

 

Sepenggal kisah berakhir indah.

Dengan menengadah doa

Mencapai harap ridha

Pasti.

 

 

Lebak, 27 februari 2021

 

 

 

Patidusa Cemara

1-2-3-4, 1-2-3-4, dst.

 

Episode Para Pemimpi

Oleh: Maesaroh

 

Muridku

Pejuang asa

Pencipta riak suara

Pengisi binar gema pertiwi.

 

Pandemi

Melucuti mimpi

Merenggut riuh kelas

Hampa menyelam sudut surau.

 

Asa

Berkalung mimpi

Cita letih meninggi

Canda tawa terenggut endemi.

 

Episode

Limpung menderu

Mengukir cerita bisu

Tanpa arah menentu.

 

Empati

Membakar penat

Menata solusi pasti

Mengobati lara rindu bersua.

Lebak, 27 Februari 2021

 

Patidusa Tangga

4-3-2-1, 4-3-2-1, dst.

 

Guru Milenial

Oleh: Maesaroh

 

Pada persimpangan sudut waktu

Mengulas bait kisah

Hidup membangun

Nurani.

 

Decak semangat meronta ria

Menggapai semburat perubahan

Dalam zaman

Milenial.

 

Seuntai kata sejumput rindu

Melukis tentang cerita

Jasa, sukacita

Guru.

 

Guru adalah biang ilmu

Meski dibalut renta

Hebat bertanding

Tehnologi.

 

Menggeliat dalam pusaran waktu

Tehnologi dan guru

Dua paduan

Senada.

 

Ini adalah masa jaya

Four point zero

Guru, ilmu

Milenial.

Lebak, 27 Februari 2021

 

Patidusa Asli

4-3-2-1, 1-2-3-4, 4-3-2-1

Sudut Senja

Oleh: Maesaroh

 

Ritme syahdu tegak berkumandang

Menghias palung jiwa

Menyejukan hati

Adzan.

Allahuakbar

Semesta bertakbir

Mengukir gema takwa

Teguh, tegar, gentar, iman.

 

Takbir, tasbih, tahmid, bersahutan

Melodi gaung suci

Menutup  senja

Temaram.

 

Lebak, 11 Maret 2021

 

Patidusa Bias

1-2-3-4, 4-3-2-1, dst.

Rembulan di langit Baduy

Oleh: Maesaroh

 

Rembulan

Datang berbinar

Mengintip dalam temaram

Menatap gelap singgasana Baduy.

 

Membait seuntai kisah manusia

Hidup dalam darma

Meniti cita

Berdikari.

 

Alam

Semesta pembicara

Penabur banyak cerita

Tentang raga kuat mandiri.

 

Sunyi bertahta dalam gelap

Hampa riak suara

Berselimut dingin

Angin.

 

Baduy

Legenda sunda

Hidup dengan nanar

Lahir  di tanah Indonesia.

 

Bak rembulan bersinar  terang

Bersanding  dengan alam

Hidup membumi

Lestari.

 

Lebak, 11 Maret 2021

 

 

Patidusa Cemara

1-2-3-4, 1-2-3-4, dst

Jangkrik

Oleh: Maesaroh

 

Jangkrik

Mencipta musik

Berisik meski berbisik

Menemani sunyi jadi asik

 

Sawah

Hamparan megah

Tempat yang mewah

Bagi  sang melata meluah

 

Krik

Kicau menukik

Menghapus rasa pelik

Menemani sunyi jadi asik

 

Suara

Keras berdekik

Mengisi malam mendelik

Krik bunyi si jangkrik 

                                                                                                                            Lebak, 11 Maret 2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata Pengantar Buku Tarian Aksara Penuh Makna

Dahulu aku sering bertanya sendiri; kalau puisi itu berwujud, akan seperti apakah dia? Matahari? Bulan? Bintang? Gunung? Laut? Bertahun lalu...