Jumat, 18 Juni 2021

Menulis Dikala Sakit

 "Matahari bersinar dan hangat menerangi kita

tapi kita tidak punya rasa ingin tahu mengapa.

Di sisi lain kita meminta alasan untuk semua 

hal buruk, rasa sakit, rasa lapar, bahkan merasa bodoh"

Ralph Wardo Emerson



Melukis ilmu membersamai senja sambil menanam mimpi menjadi penulis yang mengukir namanya dalam dinding sejarah. Ketika sebuah tulisan lahir dari hati yang jujur, maka tulisan itu akan mencerminkan kedamaian pada dirinya. 

Menulislah sampai tulisan itu menjelma dirimu. Karena puncak tertinggi dalam menulis adalah menciptakan imajinasi pada sayap alam.  Sejatinya menulis memberi kulit baru bagi tubuh, dan sebagai terapi untuk badan dikala sakit.

'Menulis dikala sakit' adalah kebiasaan baru bagi seorang narasumber hebat pada episode kali ini. Beliau adalah Bapak Suharto, S.Ag., M.Pd. Beliau adalah seorang Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN 5 Jakarta)  Kementrian Agama DKI Jakarta. Seorang lelaki dengan segudang karya yang kini berbaring dan duduk di kursi roda. 


Kemampuan beliau dalam menulis berawal dari motivasinya mengikuti kelas pelatihan Om Jay. Atas motivasi tersebut, lahirlah sebuah karya yang berjudul "Mengejar Azan" sebuah karya yang tentu memikat rasa penasaran setiap pembacanya.


Menjadi penulis dan memberi branding pada diri sendiri tentunya melahirkan kebanggan. Namun, suatu kebanggan itu hampir lenyap ketika beliau terserang sebuah penyakit yang bernama  GBS. Penyakit yang membawanya berbaring  selama 1,5 bulan di ruang ICU, 3 bulan di ruang HCU, 2 Minggu di ruang Inap biasa. Hingga beliau pulang dalam kondisi lumpuh. Satu tahun badannya tak bergerak, setelah satu tahun mulai ada gerakan tangan, butuh enam bulan tangan kirinya bisa memegang wajah, lalu disusul tangan kanannya. Jari tangannya masih kaku dan tidak bisa menggenggam, untuk menekan remot saja ia tidak mampu. Suntuk  yang beliau rasakan selama 1.5 tahun yang  hanya berbaring. 

Atas genggaman semangat untuk mengabadikan cerita hidupnya, akhirnya beliau mulai 'menulis dikala sakit' suatu kisah inspiratif yang tidak ingin saya rangkum ceritanya.

Beginilah cerita beliau mengawali kesuksesannya.

"Suatu hari handphone istri tertinggal dan berdering. Saya coba minta asisten rumah tangga untuk mengambilnya dan meletakkan di atas dada saya. Saya coba untuk menyentuh, Alhamdulillah, bisa terbuka. Dalam hati kecil berkata ke mana ya, handphone milik saya, sudah 1,5 tahun lepas dari saya.

Ketika istri pulang dari sekolah, saya pinta HP saya dan sekaligus minta dibelikan kartu baru. Karena yang lama mati. Tak pikir panjang istri mencari HP dan membelikan kartu baru.

Terasa hidup kembali.

Saya berusaha menggunakan HP walau tidak bisa menggenggam, cukup beli alat HP lalu disangkutkan pada jari jempol tangan kiri dan menulis menggunakan jari tengah. Bagus jari manis dan kelingking tertekuk hingga tidak menghalanginya untuk menulis. Karena jari tengah yang terpanjang, maka saya gunakan untuk mengetik.  Ternyata semua yang terjadi ada hikmahnya. maka itu syukuri saja dan jangan mengeluh pasti Tuhan punya maksud tertentu".

Sebuah cerita yang mengundang air mata saya tanpa membersamai deret huruf yang saya petik dalam keyboard laptop saya. Saya menjadi sangat melankolis.

Jejak media memang mampu membangun hidup lebih panjang. Keadaan beliau yang kemudian di narasikan pada dinding facebook, mampu membawanya kembali pada dunia menulis. Semangatnya meniinggi, motivasinya merebak hebat bertanding ditengah pilunya badan.

Tegak  melawan cacian, dan bangkit dari keterpurukan, itulah yang beliau lakukan hingga akhirnya kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi artikel dan artikel menjadi sebuah buku pada tangan  gemetar seorang yang berjuang melawan GBS. 

Dengan riak semangat dan motivasi dari keluarga, rekan dan sejawat beliau akhirnya mengumpulkan seluruh ceritanya dan kembali membingkai sebuah karya. 

Inilah Karya Beliau.

Sebelum sakit

1. Mengejar Azan (2018)

Setelah sakit

2. GBS Menyerangku (2020)

3. Menuju Pribadi Unggul (2020)

4. Belajar Tak Bertepi (2021)

5. Kisah inspiratif Seni Mendidik Diri (2021)

Masih draf

6. Lentera Romadan 

7. Menulis itu gampang

8. Aisyeh Menunggu Cinte ( novel)  

Insyallah semester genap akan terbit.

Dan masih banyak yang masih berserakan di blog dan Facebook yang belum dihimpun.

Dibawah ini adalah salahsatu karya beliau ketika sakit.



Segala upayanya dalam menulis dalam kondisi fisik yang lemah tentu mengundang rasa penasaran semua khalayak. Sebuah keadaan yang mampu menjadikan kekurangan menjadi sebuah prestasi, tentu menjadikan beliau sebagai inspirator hebat. Beberapa orang datang menyorotinya dan mengulik kehidupannya. Kita bisa simak pada video di bawah ini. 


Tak hanya sampai disitu, seorang yang tadinya awam dalam menulis ini, kini menjadi seorang narasumber hebat yang sangat menginspirasi. Seperti ketika malam ini beliau menjadi seorang narasumber yang mengawali materi dengan pesan suara, lekat sekali getar suranya yang penuh semangat berusaha untuk sembuh.

Menjadi Narasumber

"Saya tidak menyangka ada orang ngelirik saya untuk diminta menjadi narasumber. Walau dahulu terbersit dalam hati, suatu saat saya akan menjadi narasumber. 

Pertama datang dari sahabat saya, dia meminta untuk mengesi pada acara motivasi di grup guru ,tapi saya tolak karena saya masih terbatas bicara. Selanjutnya beliau belum mengabarkan lagi. Walau belum terlaksana, setidaknya memberi motivasi kepada saya. Ternyata ada juga melirik.πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

Kedua, datang dari Om Jay. Saya liat nama saya ada urutan daftar narasumber, tapi terutulis Cang Ato bukan Suharto. Akhirnya saya cuekin saja. Eh, sudah mendekati waktunya baru saya dihubungi oleh bunda Aam Nurhasanah. Tanpa pikir panjang saya sanggupin saja. Jadilah saya mengisi pada pelatihan menulis gelombang 17. Eh, ternyata dipanggil lagi pada gelombang 18 ini. Ya, sudah kepercayaan seseorang jangan diabaikan. Kesempatan tidak datang dua kali"

Tutur kata beliau sarat dengan motivasi yang benar-benar mengusik batin saya, untuk meletakan kayakinan bahwa sukuri apa yang kita miliki, manfaatkan selag berguna. Sehat adaah kesempatan, dan sakit adalah usaha untuk bersukur, agar terus menjadi manusia bermanfaat. Terimakasih Sang Inspirator Hebat. Salam Literasi.

Pertemuan ke 28

Resume ke 26

Maesaroh, M.Pd

Tema : Menulis Dikala Sakit

Narasumber: Suharto, S.Ag, M.Pd

Lebak, 18 Juni 2021

6 komentar:

  1. Keren bunda gaya bahasanya..... Lanjutkan...

    BalasHapus
  2. luar bisa kisahnya dan dituliskan oleh blogger yang pintar merangkai kata.

    BalasHapus
  3. Kapan ya, bisa menulis sebaik ibu ketua 😊

    BalasHapus
  4. Sangat menginspirasi kisahnya Cang Ato. Resumenya enak dibaca, mantuul..

    BalasHapus
  5. Luar biasa bu...sangat menginspirasi jg memotivasiπŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

    BalasHapus
  6. Bagus sekali...dikemas dgn bahasa yg cntik.

    BalasHapus

Kata Pengantar Buku Tarian Aksara Penuh Makna

Dahulu aku sering bertanya sendiri; kalau puisi itu berwujud, akan seperti apakah dia? Matahari? Bulan? Bintang? Gunung? Laut? Bertahun lalu...