Pandemi
membelenggu Buar
Pandemi melanda
Buat galau para
bunda
Atur uang harus waspada.
Isi dompet
makin gak karuan
Meski sesak
harus bertahan
Jangan buar,
tapi harus makan
Perut lapar bisa masuk ambulan.
PPKM seperti
harga mati
Tak peduli lapar
menggerogoti
Aturan bagaikan
sebuah cemeti
Segala ucap dan
tindak harus hati-hati
Mau melanggar berurusan dengan bupati.
Pekerjaan lenyap
ditelan sang corona
Sulit nian cari
surga dunia yang membahana
Merangkul
episode tentang hidup bak nirwana
Tuli dan tabu
di telinga sang durjana
Ketir melintir tiada berguna
Ini seperti bencana.
Dengan uang
rasa sulit berjumpa
Rasa buar mengusik
hati jadi nestapa
Meradang terjal
dalam hati yang hampa
Masih bingung, bertanya
entah ini mengapa
Masalah hidup
bukan hanya corona, banyak rupa.
Berserah dan bersyukur
adalah sebuah upaya
Rezeki sudah diatur oleh pemilik cahaya
Jadikan sedekah
sebuah budaya
Agar jadi
manusia berdaya.
Teguhkan hati
pada Ilahi
Meski rasa
di hati seperti berkelahi
Percaya pada Ilahi Robi, pandemi akan disudahi.
Lebak,
22 Juli 2021
Mencoba tantangan untuk grup Lage dengan menulis sebuah puisi Telelet bertema Buar. Puisi yang lagi booming dikalangan penulis PGRI.
Semoga kamis ini menjadi manis dengan karya yang puitis. Salam Literasi!
Maydearly89
Sang bloger Milenial
Wah keren bu ketua. Aku suka. Teletet nya cukup menantang dan enak dinikmati diksinya.
BalasHapusTerimakasih bunda Hasanah, saya belajar dari ibu yang puisinya cantik banget.
HapusWiih, keren teleletnya, gramatikanya dapet, konfigurasinya ok banget.
BalasHapusTerimakasih bu, banyak belajar dari ibu yang hebat.
HapusRima, aman.
BalasHapusKongigurasi, cantik.
Dihati atau di hati?
Di telinga atau ditelinga?
Jangan dahului Pencipta, pemilik cahahay atau Ilahi dengan kata sang
Karena sang itu untuk makhluk. Silakan cek di KBBI, yq.
Semangat, Kakak. Keren sekali tulisannya.
Terimakasih Kak Anis😍
BalasHapusPengen bisa tapi masih belepotan bu may,Tular kan ke aku ya
BalasHapusSetelah membaca beberapa puisi Telelet alhamdulillah paham. Keren Bunda
BalasHapusKeren 👍👍
BalasHapusIbu guru segala bisa dari mulai mengajar, menulis rubrik, bikin buku, menulis puisi sambil mengamati berita aktual. Kereeen
BalasHapusAamiin...aamiim ya Robbi
BalasHapusMohon perkenankan doa kami
Tak ada tempat tuk gantungkan harapan yang tinggi
Selain Engkau yang Maha menyayangi
Speechless tuk guru hebat ini. Pokoknya the best lsh.
saya baru bikin.. tp sedikit.. bu May keren puisinya
BalasHapusMasya Allah.... Teratur sekali baris dan iramanya..sederhna dan mudah difahami.....
BalasHapusAyuk semangat puisi teleletnya...
BalasHapusMantab..
Jika membaca telelet ingin segera bisa menuliskannya.
BalasHapusSelali dikonfigurasi menjadi kendala.
Untungnya berkunjung kesini, jadi bisa belajar bersama
Teleletnya sudah bagus sekali. Keren. jadi pingin mencoba membuatnya. Biasanya frase Rabi Maha Tinggi, Rabi Maha Suci..Maha Rabi baru dengar..
BalasHapusKeren diksinya..
BalasHapusLuar biasa teleletnya Bu. Semoga pandemi betul-betul lewat.
BalasHapusTelelet yang menguras pikiran. Keren
BalasHapusKeren....
BalasHapusMantap puisi teleletnya.
BalasHapussatu kata.. keren
BalasHapusBetul, tetap harus optimus bahwa suatu saat pandemi ini akan berakhir.
BalasHapusMantap ketua.lanjutkan
BalasHapus