“Kalau
kamu bukan anak raja
dan engkau bukan anak ulama besar,
maka jadilah penulis”
Imam
Al-Ghazali
Satu kata
mengawali tulisan ini Bismillahirrahmanirrahim, yakinlah setiap tulisan
akan menemui takdirnya meski tak sekarang mungkin besok atau lusa, tak perlu
tergesa-gesa, biarkan mengalir seperti hujan, dan dalam seperti berlian. Yang perlu
dilakukan hanyalah mempertahankan
komitmen dalam menulis meski ditemani terik yang menjemput dahaga, namun ketika
kita mulai mencintai sebuah tulisan maka menulis seperti mendatangkan hujan
yang mengobati sang dahaga. Sulit memang, tetapi ketika kita membiasakan diri merangkai kata, melatih diri
agar sekali duduk langsung melahirkan sebuah artikel maka hal itu akan membawa
kita pada Mental dan Naluri Menulis yang baik. Dengan segala upaya saya bulatkan
tekad untuk mengikat setiap makna hidup dalam sebuah tulisan, agar kelak ada
jejak cerita yang di albumkan. Seperti pepapathnya Imam AL-Ghazali jika engkau
bukan anak raja atau anak ulama besar maka jadilah Penulis. So, keep
writing!
Ditta Widya Utami S.Pd.,
Gr adalah sosok yang akan diukir dalam narasi yang saya tulis siang ini. Ia adalah
seorang guru yang dilahirkan 31 tahun yang lalu tepatnya 1990. Sosok wanita
cantik nan cerdas ini mengajar sebagai guru IPA di SMPN 1 Ciendeuy Subang. Ia adalah
seorang penulis hebat dengan segudang karyanya seperti: Precious, Mengapa
Tak Kau Tanyakan Saja, Djogja Backpacker, Lelaki di Ladang Tebu, Membongkar Rahasia
Menulis dan Sepenggal Kisah Corona dan masih banyak lagi buku berjenis
Antologi yang bisa kita jelajahi lewat blognya https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html
.
Dengan sapaan hangat dan gaya bahasa yang santun
ia menuturkan bahwa teknik menulis dan mental seorang penulis adalah dua hal
yang tak bisa dipisahkan. Ibarat jiwa dan raga teknik menulis dan mental
penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup".
Teknik menulis disini adalah kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari
pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan
utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis. Sedangkan
mental penulis merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu
sendiri. Ia lanjut menuturkan bahwa ada empat hal yang dibutuhkan penulis
dintaranya;
Pertama, seorang penulis harus memiliki mental yang siap
untuk konsisten. Konsisten disini adalah kemamuan menulis yang continue dalam
situasi apapun dan dalam keadaan apapun
Kedua, ketika seorang penulis mempublish tulisan kita
maka harus siap dikritik karena tulisan
kita sudah bersifat tulisan milik umum. Kritikan itu berbentuk dua macam kritik membangun positif atau negatif. Apabila
seseorang memberikan kritik negatif dalam tulisan kita, maka kita harus jadikan
kritikan itu sebagai lecutan untuk menulis lebih baik lagi
Ketiga, seorang penulis harus siap ditolak media atau
penerbit. Ini merupkan hal yang biasa bagi penulis pemula. Namun, ketika kita
mengalami penolakan maka jangan pernah berputus asa bangkit dan teruslah
menulis.
Keempat, seorang penulis harus bisa menjadi dirinya sendiri,
walau terkadang kita harus bercermin dari oranglain, namun semakin sering kita
menulis maka kita akan menjadi diri kita sendiri.
Dengan bahasan yang lugas
ia lanjut memaparkan bahwa seorang penulis memiliki 4 macam tipe
1.
Tipe Penulis Dying Water atau
penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah
secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis. Tipe ini bukan
berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar
orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis.
2.
Tipe Penulis Dead Man adalah
seorang penulis yang tidak diketahui keberadaannya. Tulisannya terkubur di
folder laptop, terbungkus dalam lembaran diary. Atau notes yang ada di hp dan
karyanya belum terpublish.
3.
Tipe Penulis Sick People ini adalah orang yang masih lemah teknik menulisnya namun
sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish
tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan
mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya.
4.
Tipe Penulis Alive yaitu
penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang
terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Ia dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta
kuat mentalnya. Mereka menjadikan tulisan sebagai kebutuhan primer. Ibaratnya,
jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan
lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan. Ciri yang paling
kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya
tembus di jurnal nasional, di media massa, dsb. Kelompok Alive ini termasuk
kategori pembelajar sejati seperti; Omjay, Mr. Bams, Bu Kanjeng, Pak H.
Thamrin, moderator hebat Bu Aam.
Bicara
tentang tipe penulis, ia pun menuturkan bahwa teknik menulis akan membaik jika
kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus
melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain.
Sebuah
tulisan akan mengalir dengan indah apabila kita memiliki dorongan hati dalam
menulis, ia mengungkapkan segala keresahannya dalam balutan tulisan inilah yang
disebut dengan ‘Naluri’. Naluri mampu mengantarkan seseorang untuk mengubah dunia dengan tulisan dan mengubah
orang-orang melalui goresan tintanya. Seseorang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan
seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.
Lantas
bisakah kita menjadi seorang Penulis? Tentu saja sangat bisa. Kenali
diri Anda dan lingkungan Anda, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita
hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita. Dalam hati kecil saya bertanya,
lalu jika saya adalah seorang penulis, maka seperti apakah saya? Maka saya
harus menjadi penulis Alive.
Penulis
yang tanpa goresannya hari-hari menjadi bosan. Penulis yang tanpa karyanya
merasa teracuhkan seperti petuahnya Fatimah Mernissi “Usahakan menulis
setiap hari. Niscaya, kulit Anda menjadi segar kembali akibat kandungan manfaat
yang luarbiasa” Salam Literasi!
Salam Pena
Milenial!
Maydearly89
Resume : Ke-9
Maesaroh M.Pd
Tema : Mental dan Naluri Penulis
Narasumber :Ditta Widya Utami
Lebak, 23 April 2021
Kapan ya saya bisa mengungguli Bu may, padahal td saya udah siap- siap lgsng ketik stlh grup dibuka. Eh ternyata keduluan jg. Bu may SPT kijang ..memang tiada duanya😚😚
BalasHapusWaduh, saya jadi malu bu. Maaf ya bukan nya curi star😀😀 hanya ingin membiasakan diri selesai cepat.
HapusWaduh ini memang super duper, cepat, tepat, mantap resumenya👍
BalasHapusTerimakasih support nya bu😍😍
HapusAku padamu bu ketua....🤗🤗selalu mantul.,..keren resume ny bu may. .👍👍
BalasHapus😍😍😍😍 aku padamu juga.
HapusSelalu mantap jiwa dan cetar membahana😍👍
BalasHapusAhk ibu ini terlalu pandai memuji😀
HapusSelalu terpesona kala baca resume bu maesaroh...sll terdepan...👍🏻
BalasHapusTerimakasih bunda, semoga bunda tak pernah bosan untuk mampir😍🙏🏼
HapusResumenya bagus 👍🏻
BalasHapusLengkap dengan penjelasan tentang 5 mental penulis (meski di sini hanya disebutkan 4) yang narsum berikan linknya. Jika benar, Bu May telah menyimak pula video tentang mental seorang penulis.
Bahasanya sudah mengalir dan enak dibaca. Plus ditambah beberapa info baru, terasa lebih segar.
Terima kasih sudah membuat resumenya, Bu. 🙏🏻
Terimakasih sudah singgah dan komen di blog saya bu Ditta cantik😍😍
HapusHebat Bu May. Tulisan nya enak dibaca. Bisa belajar dari tulisan Bu May....
BalasHapusTerimakasih bu Hadijah sudah mampir, terimakasih juga untuk krisannya🙏🏼
HapusKeren
BalasHapusTerimakasih sudah mampir bunda😍😍
HapusYuk kita lomba Bu May,gogogo
BalasHapusTerimakasih sudah mampir bunda😍😍 tulisan nya masih jelek kalau ikut lomba😀
HapusTak bisa di ungkapkan dengan kata2 👍👍👍
BalasHapusBahasanya ok punya & resumenya lengkap. Bu May memang hebat..
BalasHapus