”Berkali
kita gagal lekas bangkit dan cari akal.
Berkali kita jatuh lekas berdiri dan jangan
mengeluh”
Wijaya
Kusumah
Alhamdulillahirabbilalamin,
waktu semakin keras berlari seperti air yang mengalir menuju muara, seperti itu
pula perjalanan tulisanku yang masuk pada pertemuan ke-10. Meski hari-hari ditemani panas
menguap yang berkumpul di langit menjadi awan, tetapi hasrat menulis semakin
membara setelah tulisan kesembilanku mengantarku pada buku ‘Lelaki di Ladang Tebu’ karya
Ditta Widya Utami. Rasa bahagia masih melekat dan manis rasanya.
Semakin hari hati semakin
menegaskan bahwa menulis itu seperti menciptakan irama hidup, mengumpulkan untaian
kalimat yang kemudian kalimat itu akan bermuara dalam sebuah buku yang layak
baca, layak diminati dan layak di pasarkan dengan “Tehnik Memasarkan Buku”
yang menarik seperti yang telah disampaikan oleh sang tuan rumah pelatihan
menulis Om Jay.
Tak perlu lagi diuraikan
profil lelaki hebat founder pelatihan menulis ini. Hampir seantero Indonesia
mengenalnya. Meski bukan seorang Tere Liye atau Rditya Dika tapi seorang Wijaya
Kusumah tidak hanya melahirkan berbagai buku, tetapi pula melahirkan generasi
para penulis buku.
Mengawali kuliah hari ini
beliau menuturkan bahwa penulis yang baik adalah seorang pembaca yang baik. Kita
akan mengetahui sebuah buku bernilai bagus setelah selesai membacanya. Maka cara
mengikat peminat untuk membaca buku adalah dengan ‘promosi’.
Dalam menerbitkan buku Om
Jay memaparan bahwa sebelum memasarkan buku, kita harus mencari editor yang mampu membuat buku yang kita terbitkan menjadi enak dibaca. Semua buku yang
beliau cetak di penerbit indie selalu ada editornya dan beliau tak pernah
merangkap menjadi seorang penulis sekaligus editornya. Itulah mengapa isi buku
yang beliau terbitkan selalu laku di pasaran. Sebab sudah diedit secara
profesional oleh para editor yang memang menguasai di bidangnya. Namun, beda
halnya apabila kita menerbitkan buku di
penerbit mayor atau penerbit besar. Semua buku ada editornya sehingga
terseleksi dengan baik dan layak untuk dijual atau dipasarkan ke seluruh
Indonesia. Bahkan ke manca negara bila bagian marketing nya sudah sampai ke
berbagai negara di dunia.
Menurut Om Jay, berteman
dengan kecanggihan teknologi, media sosial merupakan jurus jitu dalam
memasarkan buku. Memasarkan buku bisa kita lakukan lewat WAG, Fb, IG atau media
digital lainnya.
Langkah pertama,
adalah memasarkan buku lewat WAG. Gambar
buku dibawah ini adalah buku yang hari kemarin Om Jay post di WAG Peltihan
Menulis Gelombang 18. Mudah sekali bukan? Ternyata memasarkan buku ala Om Jay
adalah ‘semudah klik and share’.
Langkah Kedua,
adalah memasarkan buku lewat IG seperti yang pernah dilakukan oleh anaknya Om
Jay yang bernama Intan. Intan memasarkan produknya dengan metode story
telling. Wah, ternyata metode storry telling tidak hanya ad di mata
pelajaran bahasa Inggris saja yak, hehe.
Langkah Ketiga,
Om Jay menuturkan bahwa memasarkan buku bisa dengan media Youtube. Dikemas dengan
bahasa sederhana yang natural tidak mengurangi nilai buku yang dipasarkan. Memasarkan
buku lewat kanal youtube lebih mudah dan terperinci. Kita bisa mendeskripsikan
isi buku dengan pemaparan yang luas.
Langkah Keempat,
Om Jay melakukan tehnik promosi buku lewat dunia blognya. Beliau lanjut menuturkan
sehebat apapun kita berselancar di media sosial namun hal yang paling harus
kita lakukan adalah berkolaborasi. Inti dari memasarkan buku adalah adanya
kolaborasi. Kita harus bekerjasama dengan orang lain agar buku yang diterbitkan
laku di pasaran. Untuk penerbit besar, biasanya mereka memiliki tenaga
pemasaran yang banyak. Sehingga serangan darat, laut dan udara dapat dengan
mudah mereka kuasai. Selain itu, inovasi juga menjadi penunjang dalam mempromisikan
buku seperti Penerbit Andi Yogyakarta mereka berinovasi dengan cara melakukan
acara webinar dan bersertifikat.
Dengan gaya bahasa yang piawai
ia menuturkan bahwa media sosial memiliki magnet dalam marketing yakinlah setiap
buku akan menemui takdirnya. Namun itu semua harus diiringi dengan usaha yang
terus menerus dan tidak mudah putus asa. Seperti pepatahnya Meri Riana “kekuatan
dan kepintaran adalah modal. Tapi tidak ada yang lebih dahsyat dari keberanian
dan ketekunan”. Jadi jangan bosan menulis, mari berinovasi, mari berpromosi
karena memasarkan buku semudah klik and share. Itulah hebatnya
tehnologi, salam literasi!
Salam Pena
Milenial!
Maydearly89
Resume : Ke-10
Maesaroh M.Pd
Tema : Tehnik Memasarkan
buku
Narasumber : Wijaya
Kusumah, M.Pd
Lebak, 26 April 2021
Tulisan yang menarik untuk dibaca. Pingin lagi dan lagi. Ditungu resume pertemuan berikutnya. Salam literasi
BalasHapusTerimakasih bunda Okmi😍😍
HapusLuar biasa. Akan lebih hidup lagi bila tulisan ini disertai dengan link YouTube sehingga semakin hidup tulisannya
BalasHapusTerimakasih saran nya Om Jay, siap ditambahkan link youtube🙏🏼
HapusWah, ingin bisa seperti ibu, siap menyusul OmJay nih. Kereennn 👍
BalasHapusBelajar dari bu Anita yang keren tulisannya😍
Hapusmantaaaap..bu may.. semakin keren tulisan ny sudah punya gaya/style nya sendiri....proud of you ketua..👏👍👍
BalasHapusTulisan bu weni lebih kereen😍
HapusBu Mae..keren resumenya 👍
BalasHapusMasukan dari saya boleh ya Bu, paragrafnya msh ada yg panjang, sebaiknya diperpendek biar yg bacanya ga cpt bosan, maaf ya, sekedar masukan 🙏
Terimakasih masukannya bu😍😍
HapusSelalu keren👍👍
BalasHapusTerimakasih bu😍
HapusSemakin hari tulisan nya semakin bagus buk.enak dibaca.❤️
BalasHapusTerimakasih sudah singgah ke blog saya bu🙏🏼😍
HapusBu May kerrreennnn... siap dan semangat menuju muara ya. Kita wujudkan mahkota penulis bersama2.
BalasHapusAamiiin, semangat nya menular dari bunda😍
HapusKeren bu...tidak pernah bosan baca tulisannya
BalasHapusTerimakasih sudah singgah belajar dari ibu yang juga keren tulisannya.
HapusTulisan Bu ketuaku kereen euy!
BalasHapusTulisan ibu jauuh lebih kereen😍😍
HapusKeren abis. Saya banyak dari tulisan ibu.
BalasHapusTerimakasih ibu, tulisan ibu juga gak kalah bagus😍😍
HapusTerimakasih sudah mampir cak🙏🏼
BalasHapusLuar biasa ibu....👍👍👍
BalasHapusLuar biasa ibu....👍👍👍
BalasHapusTerimakasih sudah mampir bu🙏🏼
HapusBu mae emang selalu pandai merangkai kalimat. Keren bu
BalasHapusAh ibu ini suka berlebihan😀
Hapus