Literasi media sosial merupakan salah satu bentuk khusus literasi informasi secara umum. Literasi media sosial merupakan turunan dari literasi media, yang merupaka turunan dari literasi informasi. Seseorang yang terlatih dalam mengaplikasikan sumber informasi dalam menyelesaikan pekerjaan mereka, dapat disebut melek informasi.
Literasi media sosial sendiri dapat berarti keterampilan seseorang
dalam mencari, memilah, dan mengaplikasikan sumber informasi di media sosial.
Orang yang melek informasi di media sosial akan menjadi orang yang kritis
ketika mendapati informasi hoaks. Masyarakat yang melek informasi di
media sosial akan sulit diadu domba karena kepentingan tertentu.
Menurut Stacey Goodman (2014) literasi media sosia dijabarkan dalam
empat konsep.
1.
Seluruh
media pesan dikontruksi
Di media sosial
banyak orang mengunggah gambar dengan tulisan (meme). Tulisan pada gambar
tersebut merupakan perintah untuk kita dalam menerjemahkan gambar tersebut. Hal
ini merupakan salah satu contoh bahwa pesan di media sosial merupakan sesuatu
yang dapat dikontruksi. Tidak jarang beberapa informasi hanya diberikan
setengah, sehingga memberikan ambiguitas persepsi.
2.
Pesan media membentuk persepsi kita akan suatu
realita
Contoh paling
dekat dalam kasus ini adalah penggunaan media sosial pada saat pemilihan
presiden 2019 lalu. Media sosial berperan besar dalam membentuk opini
masyarakat terkait kedua kandidat presiden. Tak jarang suatu kejadian menjadi
pusat perhatian masyarakat karena pada awalnya informasi tersebut dibagikan di
media sosial dan kemudian menjadi viral.
3.
Berbeda
audiens berbeda pula cara memahami pesan yang sama
Salah satu
fitur yang banyak digunakan di media sosial adalah “share”. Fitur ini
memungkinkan pengguna berbagi suatu informasi kepada pengguna lain. Mereka
mungkin lupa bahwa tidak semua pengguna memiliki pengetahuan mengenai berita
yang kita bagi. Hal ini dapat menyebabkan penafsiran ganda, sehingga memicu
adanya konflik.
4.
Pesan
media memiliki dampak komersial
tak jarang
ketika akan mengunduh suatu informasi pengguna diminta memasukkan akun media
sosial atau email. Hal ini terlihat sepele tetapi sebenarnya informasi data
diri dapat diperjualbelikan.
Konsep literasi media sosial di atas memberikan gambaran bahwa
media sosial sangatlah berperan dalam membentuk opini seseorang. Besarnya
dampak media sosial tersebut membuat seseorang harus mampu memilah dan memilih
informasi mana yang merupakan fakta dan mana yang merupakan opini. Rheingold
(Crook, 2012) mendiskusikan ada empat cara untuk dapat meliterasi media sosial:
1.
Perhatian
Kemampuan untuk
mengidentifikasi ketika dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika
multitasking bermanfaat. Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana
pemikiran orang. Akan sulit untuk memfokuskan perhatian karena pikiran kita
cenderung berjalan acak.
2.
Partisipasi
Mengetahui
kapan dan bagaimana partisipasi merupakan hal penting. Partisipasi memberikan
pengguna pengalaman berbeda saat menjadi produktif. Partisipasi dalam media
sosial dibedakan menjadi dua yaitu netizen aktif dan netizen pasif. Netizen
aktif merupakan pengguna media sosial yang ikut memberikan post di media
sosial. sedangkan pengguna pasif merupakan pengguna media sosial yang hanya
membaca lini masa media sosial tanpa memberikan posting-an.
3.
Kolaborasi
Pengguna dapat
mencapai lebih dengan bekerja sama dibandingkan dengan bekerja sendirian.
Melalui kolaborasi, redudansi dapat dihilangkan dan pekerjaan dapat
didistribusikan. Adanya kolaborasi memungkinkan masyarakat berbagi sumber daya
dan membangun ide lain.
4.
Kesadaran
jaringan
Jaringan sosial
saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Saat ini masyarakat dapat menjadi
anggota dari Whatsapp group, Newsgroup, Komunitas Virtual, Situs Gossip, forum dan organisasi
lainnya. Pemahaman mengenai sosial dan jaringan teknis.
Biasanya, jika isinya kontra dan hangat, konten dibagikan berkali-kali tanpa saring, apalagi analisis segala macam.
BalasHapusBetul Suhu, terimakasih materi tambahannya yang wajib saya tambahkan.
HapusTerima kasih informasinya. Satu lagi literasi media. Semoga dapat mempraktekkan empat cara meliterasi sosial media.
BalasHapusNggih bu, monggo.
HapusAsyik sekali membaca tulisan berisi ilmiah semacam ini. Menambah wawasan dan pengetahuan tentu saja. Sekadar saran saja, tulisan bagusnya warna putih saja. Soalnya, background sudah hijau. Antara hitam dan hijau terasa kurang cocok. Tapi ini penilaian saya, orang lain boleh beda.
BalasHapusWah benar sekali masukannya Suhu. Apalagi untuk tulisan berjenre ilmiah ya, polos lebih baik.
HapusHatur nuhun ibu infonya sangat bermanfaat...
BalasHapusTerimakasih sudah mampir bunda Wety.
HapusMaraknya penggunaan media sosial memang kadang membuat berita hoax mudah tersebar. Litersi media sosial memang diperlukan untuk para pengguna agar tidak mudah share berita2 hoax. Terimakasih bunda sudah membagikan ilmu yang bermanfaat.
BalasHapusTulisan yang informatif dan menginspirasi. Aku padamu Bu May..
BalasHapusLuar biasa. Artikel yang sangat bermanfaat. Keren Neng May..
BalasHapusNah, ini nasihat yang berharga seputar penggunaan media sosial. Meskipun gratis dan pendaftarannya mudah, tetapi tidak boleh sembarang pakai.
BalasHapusNew knowledge for me. Thank you siist
BalasHapusWaw, menarik. Betapa luasnya makna dari literasi sampai sampai ada turunannya ya. Hehe
BalasHapusMeliterasi media sosial
BalasHapusBetul sekali yang dikatakan oleh anda. Saya sendiri pernah beberapa kali mlakuan shar info yang saya sendiri tidak tahu kebenarannya. Yang saya pikirkan saat itu hanyalah nilai kemanfaatan dari informasi tadi.
BalasHapusSaring sebelum shering ya Bunda
BalasHapus