"Di hadapan Tuhan, pendek kata, segala yang merupakan tujuan kita adalah nama kita yang sebenarnya." Jalaludin Rumi.
Bersebab sebuah kehidupan merotasi antar purnama dan mentari. Melahirkan sebuah warna menggores kata, ada makna yang perlu dipertegas sebagai sebuah sebutan berupa Nama.
Nama adalah kepantasan sebagai pengiring doa untuk Sang Pencipta. Nama adalah saduran yang menyublim jiwa dan raga, yang ketika ia merapat dengan bumi sebuah nama melangit sebagai kenangan.
Setiap cerita, kejadian, gagasan, mimpi dan pencapaian adalah sinyal dari Sang Pencipta. Seluruh perkara di dunia sudah tergaris menjadi sebab akibat, seperti sebuah nama yang menjadi nyawa atas laku para pemiliknya. Dalam doa kita haturkan sebuah nama, karena nama melukiskan sajak makna.
Namun bagaimana jika sebuah nama menjadi lebih klasik dan enerjik? Tentu akan menjadi pemandangan yang begitu mendelik.
Dalam buku puisi Akrostik bertema Nama dan Harapan ini, para penulis se-nusantara merupa nama menjadi lebih klasik dan unik. Sebuah nama yang kemudian dijabarkan sebagai rangkaian harapan, tindakan, dan perbuatan tersusun menjadi romantika kata yang begitu epik.
Buku ini amat cocok menjadi saduran untuk sebuah nama agar bermakna lebih menarik. Ritme kata yang tersusun dengan unik menyibak makna amat klasik.
Saya merasa bangga bisa menarikan tinta dalam kumpulan puisi Akrostik ini, dimana sebuah nama bisa menjadi seumpama yang amat luarbiasa, penuh makna dan menarik untuk dibaca.
Buku ini begitu unik, siapapun pantas tertarik, ditulis dengan epik oleh para penulis yang bertangan magic. Dari mereka kita mampu belajar berpuisi akrostik.
'Maydearly'
Lebak, 15 Oktober 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar