Minggu, 05 Februari 2023

Puisi Part 1

 MASA DEPAN


Waktu...

Bak pori-pori keramat

Demi detik yang bergelantung dalam iqamat

Betapa perhitungan manusia sangat singkat.


Berapa lama kah kita tinggal di bumi?

Tak kala udara bertiup di taman angkasa

Tanyakanlah kepada Sang Durjana

Apakah Akhirat begitu pucat dalam pekat?


Masa depan...

Adalah melintang pada keabadian Surgawi

Bersama orang-orang yang seiman

Berikanlah yang terbaik dalam menyiapkan.


Waktu adalah pergantian

Dari masa lalu ke masa sekarang 

Berbekal amal kita mengharapkan

Hidup kekal di masa depan.


Surakarta Hadiningrat, 02 012923.



2. Tak Ada yang Abadi


Renungkan...

Bagaimana bilah waktu tersapu

Tatkala dipuja, ia menjelma neraka

Tatkala berjaya, ia membawa gulana

Tak ada yang abadi.


Seiring berjalannya waktu...

Sang penguasa lantang di atas hormat

Kala status di atas semua mendekat

Tatkala terjatuh, merintih tanpa dilihat

Begitulah....

Tak ada  yang abadi.


Atribut duniawi, hanyalah Fatamorgana

Jabatan, harta  benda,  kekuasaan yang dibangun, serta kecerdasaan yang dimiliki

Semua tak pernah abadi di poros bumi.


Denting waktu bergulir

Dalam kisi-kisi hati manusia 

Terselip aura keraguan 

Saat menyadari..

Tak ada yang abadi


Sunyi, sepi, adalah nyanyian dalam deret lagu sendu

Kesendirian adalah perhiasan, dibatas rongga hati

Karena yang abadi hanyalah kehidupan setelah kematian.


Surakarta Hadiningrat, 01 Januari 2023


3. Manusia Baru 


Januari 2023, terlukis rupa sejarah

Membawa cerita baru sebuah kehidupan

Meniti jembatan masa depan

Melangkah pasti mencapai tujuan 


Manusia baru

Siapkan terumbu ilmu

Mendambakan kemitraan 

Berperan aktif jauhi politik

Cerdas membaca alam dan sekitar. 


Manusia baru 

Miliki derap langkah dalam hentakan maju

Semangat berlomba dalam cinta dan kebaikan 

Tinggalkan ego serta merapuhkan kebencian.


Manusia baru

Mengupgrade diri

Selalu dapatkan solusi

Tiada henti mencari inovasi


Surakarta Hadiningrat 02012023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Pengantar Buku Tarian Aksara Penuh Makna

Dahulu aku sering bertanya sendiri; kalau puisi itu berwujud, akan seperti apakah dia? Matahari? Bulan? Bintang? Gunung? Laut? Bertahun lalu...